Selasa, 07 Juni 2011 6/07/2011

EVALUASI LAHAN TANAMAN KELAPA SAWIT


Tugas :ISDL

EVALUASI LAHAN TANAMAN KELAPA SAWIT




Oleh
Nama         : Lukman Hakim
Nim   : 0805101050131
Klas  : 4 Agroteknologi




Unsyiah good








FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2011

 
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
           
            Kebutuhan lahan yang semakin meningkat mengakibatkan semakin langkanya lahan   pertanian yang mendukung budidaya pertanian yang unggul  sehingga memerlukan optimalisasi    penggunaan sumberdaya lahan yang memungkinkan tetap tersedianya lahan untuk pertanian secara berkelanjutan. Tantangan ini merupakan salah satu masalah dan tantangan serius dalam pertanian di Indonesia (Ahmadi dan Irsal Las, 2006) yang ditambah lagi dengan adanya persaingan penggunaan lahan untuk sektor non pertanian
            Keberhasilan budidaya suatu jenis komoditas tanaman sangat tergantung kepada kultivar tanamanyang ditanam, agroekologis/lingkungan tempat tumbuh tempat melakukan budidaya tanaman dan pengelolaan yang dilakukan oleh petani/pengusaha tani. Khusus mengenai  lingkungan tempat tumbuh (agroekologis), walaupun pada dasarnya untuk memenuhi persyaratan tumbuh suatu tanaman dapat direkayasa oleh manusia, namun memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dalam rangka pengembangan suatu komoditas tanaman, pertama kali yang harus dilakukan mengetahui persyaratan tumbuh dari komoditas yang akan dikembangkan kemudian mencari wilayah yang mempunyai kondisi agroekologis/faktor tempat tumbuh yang relatif sesuai.


11.PEMBAHASAN

            Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Penggunaan yang optimal memerlukan keterkaitan dengan karakteristik dan kualitas lahannya. Hal tersebut disebabkan adanya keterbatasan dalam penggunaan lahan sesuai dengan karakteristik dan kualitas lahannya, bila dihubungkan dengan pemanfaatan lahan secara lestari dan berkesinambungan.
            Evaluasi lahan memerlukan sifat-sifat fisik lingkungan suatu wilayah yang dirinci ke dalam kualitas lahan (land qualities), dan setiap kualitas lahan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics). Beberapa karakteristik lahan umumnya mempunyai hubungan satu sama lainnya di dalam pengertian kualitas lahan dan akan berpengaruh terhadap jenis penggunaan dan/atau pertumbuhan tanaman dan komoditas lainnya yang berbasis lahan (peternakan, perikanan, kehutanan).
2. Penggunaan lahan
            Penggunaan lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas: penggunaan lahan semusim, tahunan, dan permanen. Penggunaan lahan tanaman semusim diutamakan untuk tanaman musiman yang dalam polanya dapat dengan rotasi atau tumpang sari dan panen dilakukan setiap musim dengan periode biasanya kurang dari setahun. Penggunaan lahan tanaman tahunan merupakan penggunaan tanaman jangka panjang yang pergilirannya dilakukan setelah hasil tanaman tersebut secara ekonomi tidak produktif lagi, seperti pada tanaman perkebunan. Penggunaan lahan permanen diarahkan pada lahan yang tidak diusahakan untuk pertanian, seperti hutan, daerah konservasi, perkotaan, desa dan sarananya, lapangan terbang, dan pelabuhan.
2.1.3. Karakteristik lahan
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Dari beberapa pustaka menunjukkan bahwa penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi. Sebagai gambaran Tabel 1 menunjukkan variasi dari karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam evaluasi kesesuaian lahan oleh beberapa sumber (Staf PPT, 1983; Bunting, 1981; Sys et al., 1993; CSR/FAO, 1983; dan Driessen, 1971).
Tabel 1. Karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam evaluasi lahan.
Staf PPT (1983)
Bunting (1981)
Sys et al. (1993)
CSR/FAO (1983)
Driessen (1971)
Tipe hujan (Oldeman et al.)
Periode pertumbuhan tanaman
Temperatur rerata (°C) atau elevasi
Temperatur rerata (°C) atau elevasi
Lereng
Kelas drainase
Temperatur rerata pada periode pertumbuhan
Curah hujan (mm)
Curah hujan (mm)
Mikrorelief
Sebaran besar butir (lapisan atas)
Curah hujan tahunan
Lamanya masa kering (bulan)
Lamanya masa kering (bulan)
Keadaan batu
Kedalaman efektif
Kelas drainase
Kelembaban udara
Kelembaban udara
Kelas drainase
Ketebalan gambut
Tekstur tanah
Kelas Drainase
Kelas drainase
Regim kelembaban
Dekomposisi gambut/jenis gambut
Kedalaman perakaran
Tekstur/Struktur
Tekstur
Salinitas/ alkalinitas
KTK
Reaksi tanah (pH)
Bahan kasar
Bahan kasar
Kejenuhan basa
Kejenuhan basa
Salinitas/ DHL
Kedalaman tanah
Kedalaman tanah
Reaksi tanah (pH)
Reaksi tanah (pH)
Pengambilan hara (N, P, K) oleh tanaman
KTK liat
Ketebalan gambut
Kadar pirit
C-organik

Pengurasan hara (N, P, K) dari tanah
Kejenuhan basa
Kematangan gambut
Kadar bahan organik
P-tersedia

Reaksi tanah (pH)
KTK liat
Tebal bahan organik
Salinitas/DHL

C-organik
Kejenuhan basa
Tekstur
Kedalaman pirit

Aluminium
Reaksi tanah (pH)
Struktur, porositas, dan tingkatan
Lereng (%)/mikrorelief

Salinitas/DHL
C-organik
Macam liat
Erosi

Alkalinitas
Aluminium
Bahan induk/ cadangan mineral
Kerusakan karena banjir

Lereng
Salinitas/DHL
Kedalaman efektif
Batu dan kerikil, penghambat pengolahan tanah

Genangan
Alkalinitas

Pori air tersedia

Batuan di permukaan
Kadar pirit

Penghambat pertumbuhan karena kekurangan air

CaCO3
Lereng

Kesuburan tanah

Gypsum
Bahaya erosi

Permeabilitas lapisan atas

Jumlah basa total
Genangan




Batuan di permukaan




Singkapan batuan


            Karakteristik lahan yang digunakan pada Juknis ini adalah: temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, ketebalan gambut, kematangan gambut, kapasitas tukar kation liat, kejenuhan basa, pH H20, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan, dan singkapan batuan.
- temperatur udara :
merupakan temperatur udara tahunan dan dinyatakan dalam °C
- curah hujan :
merupakan curah hujan rerata tahunan dan dinyatakan dalam mm
- lamanya masa kering :
merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun dengan jumlah curah hujan kurang dari 60 mm
- kelembaban udara :
merupakan kelembaban udara rerata tahunan dan dinyatakan dalam %
- drainase :
merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah
- tekstur :
menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran <2 mm
- bahan kasar :
menyatakan volume dalam % dan adanya bahan kasar dengan ukuran >2 mm
- kedalaman tanah :
menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai untuk perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi
- ketebalan gambut :
digunakan pada tanah gambut dan menyatakan tebalnya lapisan gambut dalam cm dari permukaan
- kematangan gambut :
digunakan pada tanah gambut dan menyatakan tingkat kandungan seratnya dalam bahan saprik, hemik atau fibrik, makin banyak seratnya menunjukkan belum matang/mentah (fibrik)
- KTK liat :
menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat
- kejenuhan basa :
jumlah basa-basa (NH4OAc) yang ada dalam 100 g contoh tanah.
- reaksi tanah (pH) :
nilai pH tanah di lapangan. Pada lahan kering dinyatakan dengan data laboratorium atau pengukuran lapangan, sedang pada tanah basah diukur di lapangan
- C-organik :
kandungan karbon organik tanah.
- salinitas :
kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik.
- alkalinitas :
kandungan natrium dapat ditukar
- kedalaman bahan sulfidik :
dalamnya bahan sulfidik diukur dari permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik.
- lereng :
menyatakan kemiringan lahan diukur dalam %
- bahaya erosi :
bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) per tahun
- genangan :
jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun
- batuan di permukaan :
volume batuan (dalam %) yang ada di permukaan tanah/lapisan olah
- singkapan batuan :
volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah
- sumber air tawar :
tersedianya air tawar untuk keperluan tambak guna mempertahankan pH dan salinitas air tertentu
- amplitudo pasang-surut :
perbedaan permukaan air pada waktu pasang dan surut (dalam meter)
- oksigen :
ketersediaan oksigen dalam tanah untuk keperluan pertumbuhan tanaman/ikan
Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei dan/atau pemetaan sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat dirinci dan diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu.
Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi ada yang sifatnya tunggal dan ada yang sifatnya lebih dari satu karena mempunyai interaksi satu sama lainnya. Karenanya dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau memperbandingkan lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Sebagai contoh ketersediaan air sebagai kualitas lahan ditentukan dari bulan kering dan curah hujan rata-rata tahunan, tetapi air yang dapat diserap tanaman tentu tergantung pula pada kualitas lahan lainnya, seperti kondisi atau media perakaran, antara lain tekstur tanah dan kedalaman zone perakaran tanaman yang bersangkutan.
Kualitas lahan yang menentukan dan berpengaruh terhadap manajemen dan masukan yang diperlukan adalah:
- Terrain berpengaruh terhadap mekanisasi dan/atau pengelolaan lahan secara praktis (teras, tanaman sela/alley cropping, dan sebagainya), konstruksi dan pemeliharaan jalan penghubung.
- Ukuran dari unit potensial manajemen atau blok area/lahan pertanian.
- Lokasi dalam hubungannya untuk penyediaan sarana produksi (input), dan pemasaran hasil (aspek ekonomi).
Dalam Juknis ini kualitas lahan yang dipilih sebagai berikut: temperatur, ketersediaan air, ketersediaan oksigen, media perakaran, bahan kasar, gambut, retensi hara, toksisitas, salinitas, bahaya sulfidik, bahaya erosi, bahaya banjir, dan penyiapan lahan.
- temperatur:
ditentukan oleh keadaan temperatur rerata

- ketersediaan air :
ditentukan oleh keadaan curah hujan, kelembaban, lama masa kering, sumber air tawar, atau amplitudo pasangsurut, tergantung jenis komoditasnya
- ketersediaan oksigen :
ditentukan oleh keadaan drainase atau oksigen tergantung jenis komoditasnya
- media perakaran :
ditentukan oleh keadaan tekstur, bahan kasar dan kedalaman tanah
- gambut:
ditentukan oleh kedalaman dan kematangan gambut
- retensi hara :
ditentukan oleh KTK-liat, kejenuhan basa, pH-H20, dan C-organik
- bahaya keracunan :
ditentukan oleh salinitas, alkalinitas, dan kedalaman sulfidik atau pirit (FeS2)
- bahaya erosi :
ditentukan oleh lereng dan bahaya erosi
- bahaya banjir :
ditentukan oleh genangan
- penyiapan lahan :
ditentukan oleh batuan di permukaan dan singkapan batuan
Fasilitas yang berkaitan dengan aspek ekonomi merupakan penentu kesesuaian lahan secara ekonomi atau economy land suitability class (Rossiter, 1995). Hal ini dengan pertimbangan bagaimanapun potensialnya secara fisik suatu wilayah, tanpa ditunjang oleh sarana ekonomi yang memadai, tidak akan banyak memberikan kontribusi terhadap pengembangan wilayah tersebut. Evaluasi Lahan dari aspek ekonomi tidak dibahas dalam Juknis ini.
.2 Metode Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Komoditi Kelapa Sawit
Potensi lahan untuk pengembangan perkebunan pada dasamya ditentukan oleh sifat-sifat fisik dan
lingkungan yang mencakup: tanah, topografi/bentuk wilayah, hidrologi dan iklim. Kecocokan
antara sifat-sifat fisik dengan persyaratan penggunaan suatu komoditas yang dievaluasi akan
memberikan gambaran atau informasi bahwa tahan tersebut potensial untuk pengembangan
komoditas tersebut. Hal tersebut juga memiliki pengertian bahwa jika lahan digunakan untuk
penggunaan tertentu dengan memberikan masukan (input) yang diperlukan maka akan memberikanhasil (ouput) sesuai dengan yang diharapkan.
Persyaratan Tumbuh Komoditi Kelapa Sawit
            Komoditas yang mempunyai nilai ekonomis dan potensial untuk dikembangkan salah satunya
adalah adalah kelapa sawit. Berikut ini disajikan peryaratan tumbuh dari tanaman kelapa sawit:
a. Tanah/lahan
· Tinggi tempat: tanaman sawit dapat tumbuh sampai ketinggian tempat >1000 meter di atas
permukaan laut (mdpl), tapi secara ekonomis diusahakan sampai dengan ketinggian 400 m dpl
· Topografi: kemiringan lereng 0-250
· Drainase: drainase harus baik, kondisi tanah tergenang akan menyebabkan kelapa sawit
kekurangan oksigen dan menghambat penyerapan unsur hara.
· Jenis tanah: kelapa sawit tumbuh pada tanah podsolik, latosol, hidromorf kelabu, Regosol,
Andosol dan tanah alluvial, bahkan pada tanah gambut pun dapat tumbuh dengan syarat
ketebalan gambut tidak lebih dari 1 meter.
· Sifat fisik tanah: solum > 80 cm tanpa ada lapisan padas, tekstur lempung atau liat dengan
komposisi pasir 20 – 60 %, debu 10 – 40 %, liat 20 – 50 %. Konsistensi gembur sampai agak
teguh dengan permeabilitas sedang sampai baik. Permukaan air tanah berada di bawah 80 cm,
makin dalam makin baik.
· Sifat kimia tanah: sifat kimia tanah dapat dilihat dari tingkat keasaman dan komposisi hara
mineralnya. Sifat kimia tanah mempunyai arti penting dalam menentukan dosis pemupukan dan
kelas kesuburan tanah. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang
istimewa sebab kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan. Tanah yang
mengandung unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan
generatif tanaman, sedangkan keasaman tanah menentukan ketersediaan dan keseimbangan
unsur - unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,0 – 6,5
sedangkan pH optimum 5 – 5,5. Tanah yang memiliki pH rendah dapat dinaikkan dengan
pengapuran tetapi membutuhkan biaya tinggi. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya
dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut.
Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang memiliki kandungan unsur hara yang
tinggi, dengan C/N mendekati 10 di mana C 1 % dan N 0,1 %. Daya tukar Mg dan K berada
pada batas normal, yaitu Mg 0,4 – 10 me/100 gram, sedangkan K 0,15 – 1,20 me/100 gram.
b. Iklim
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar 120 Lintang
Utara – 120 Lintang Selatan. Secara alami, kelapa sawit tumbuh di tanah berawa di sepanjang
bantaran sungai dan di tempat sangat basah. Tanaman ini tidak dapat tumbuh karena terlalu lembab
dan tidak mendapat sinar matahari karena ternaungi kanopi tumbuhan yang lebih tinggi.
· Curah hujan: keadaan iklim baik (kelas 1) mensyaratkan curah hujan 2000-2500 mm/tahun
dengan distribusi merata. Tapi masih ditoleransi sampai dengan 1500 mm/tahun. Lebih besar
dari 2500 mm akan menstimulasi terjadinya erosi yang akan menurunkan kesuburan tanah,
sedangkan bulan kering yang signifikan akan mengakibatkan terjadinya defisit air dan dapat
menekan produksi.
Klasifikasi defisit air tahunan pada budidaya kelapa sawit dapat dilihat berikut ini:
Klasifikasi (mm) Keterangan
_ 0 – 150 Optimum
_ 150 – 250 Masih sesuai
_ 250 – 350 Intermedier
_ 350 – 400 Limit
· Penyinaran matahari: sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan
memacu pertumbuhan bunga dan buah. Untuk itu intensitas, kualitas dan lama penyinaran amat
berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5 – 7
jam per hari, rata-rata penyinaran 6 jam per hari, minimum 1600 jam per tahun dengan
intensitas di atas 60 %.

.2.1. Klasifikasi Kesesuaian Lahan
            Menurut Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (1993), penilaian klasifikasi kesesuaian lahan
dibedakan menurut tingkatannya, yaitu sebagai berikut:
Ordo : Pada tingkat ini kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergotong sesuai (S)
dan tidak sesuai (N).
Kelas : Pada tingkat kelas, lahan yang tergolong sesuai (S) dibedakan antara sangat sesuai (S1). cukup
sesuai (S2) dan marginal sesuai (S3).
Lahan kelas sangat sesuai (S1) adalah lahan yang relatif tidak memiliki faktor pembatas yang
berarti/nyata terhadap penggunaannya secara berketanjutan. Lahan kelas cukup sesuai (S2) adalah
tahan mempunyai faktor pembatas yang berpengaruh terhadap produktifitasnya, sehingga
memerlukan tambahan (input) untuk meningkatkan produktifitas pada tingkat yang optimum.
Lahan kelas sesuai marginal (S3) adalah lahan mempunyal faktor pembatas yang berat sehingga
berpengaruh terhadap produktifitasnya dan memerlukan input lebih besar dari pada lahan kelas S2.
Lahan kelas tidak sesuai (N) adalah lahan yang tidak sesuai karena memiliki faktor pembatas yang
berat. Lahan ketas ini dibedakan menjadi lahan kelas tidak sesuai sementara (N1), dan lahan kelas
tidak sesuai permanen (N2). Lahan kelas N1 mempunyai faktor pembatas yang sangat berat tapi
sifatnya tidak permanen, sehingga dengan input pada tingkat tertentu masih dapat ditingkatkan
produktifitasnya. Sedangkan tahan kelas N2 mempunyai faktor pembatas sangat berat dan sifatnya permanen sehingga tidak mungkin diperbaiki.











0 Comments On "EVALUASI LAHAN TANAMAN KELAPA SAWIT"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

BERITA TERKINI

« »
« »
« »

GALERY AGROTEKNOLOGI

Cari Blog Ini

Blogger Indonesia

Blogger Indonesia

ANDA PENGUNJUNG KE

Diberdayakan oleh Blogger.
Blogger Templates

Translate

close

Entri Populer

SALAM AGROTEKNOLOGI

SALAM AGROTEKNOLOGI

Cuaca Hari ini

free counters

HASIL PERTANIAN

HASIL PERTANIAN

Pengikut

About Me