Universitas Syiah Kuala, merupakan wujud dari keinginan rakyat Aceh
untuk memiliki sebuah lembaga pendidikan tinggi negeri, sebagaimana
yang pernah ada dan berkembang pada masa silam.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda,
Kerajaan Aceh telah menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan yang
terkenal. Para mahasiswa dan staf pengajar berasal dari berbagai
penjuru dunia, seperti Kesultanan Turki, Iran, dan India. Syiah Kuala,
yang namanya ditabalkan pada perguruan tinggi negeri di Serambi Mekkah
ini, adalah seorang ulama Nusantara terkemuka yang bernama Tengku Abdur
Rauf As Singkili di abad XVI, yang terkenal baik di bidang ilmu hukum
maupun keagamaan.
Pada tahun 1957, awal Provinsi Aceh terbentuk, para
pemimpin pemerintahan Aceh, antara lain oleh Gubernur Ali Hasjmy,
Penguasa Perang Letnan Kolonel H. Syamaun Ghaharu dan Mayor T. Hamzah
Bendahara serta didukung para penguasa, cendikiawan, ulama, dan para
politisi lainnya telah sepakat untuk meletakkan dasar bagi pembangunan
pendidikan daerah Aceh.
Tanggal 21 April 1958, Yayasan Dana Kesejahteraan
Aceh (YDKA) dibentuk dengan tujuan mengadakan pembangunan dalam bidang
rohani dan jasmani guna mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi
masyarakat. YDKA pada awalnya dipimpin oleh Bupati M. Husen, Kepala
Pemerintahan Umum pada Kantor Gubernur pada waktu itu, yang kemudian
dipimpin oleh Gubernur Ali Hasjmy. YDKA menyusun program antara lain:
a. Mendirikan perkampungan pelajar/ mahasiswa di ibukota provinsi dan setiap kota kabupaten dalam wilayah Nanggroe Aceh Darussalam.
b. Mengusahakan berdirinya satu Universitas untuk daerah Nanggroe Aceh Darussalam.
a. Mendirikan perkampungan pelajar/ mahasiswa di ibukota provinsi dan setiap kota kabupaten dalam wilayah Nanggroe Aceh Darussalam.
b. Mengusahakan berdirinya satu Universitas untuk daerah Nanggroe Aceh Darussalam.
Selaras dengan ide tersebut, tanggal 29 Juni 1958,
Penguasa Perang Daerah Istimewa Aceh membentuk KOMISI PERENCANA DAN
PENCIPTA KOTA PELAJAR/MAHASISWA. Komisi yang dipandang sebagai saudara
kandung YDKA ini mempunyai tugas sebagai komisi pencipta, badan
pemikir, dan inspirasi bagi YDKA, sehingga komisi ini dipandang sebagai
modal utama pembangunan perkampungan pelajar/mahasiswa.
Komisi pencipta diketuai oleh Gubernur Ali Hasjmy dan
Letkol T. Hamzah sebagai wakil ketua. Hasil karyanya yang pertama
adalah menciptakan nama DARUSSALAM untuk kota pelajar/mahasiswa, dan
SYIAH KUALA untuk Universitas yang didirikan.
Seterusnya berbagai usaha dilakukan oleh YDKA bersama Komisi Pencipta untuk mewujudkan pembangunan Darussalam dan Universitas Syiah Kuala.
Seterusnya berbagai usaha dilakukan oleh YDKA bersama Komisi Pencipta untuk mewujudkan pembangunan Darussalam dan Universitas Syiah Kuala.
Tekad pemerintah dan rakyat Aceh untuk membangun
kembali dunia pendidikan Aceh, telah terpatri dengan kokoh didalam
dada, sehingga setahun kemudian, pada tanggal 17 Agustus 1958 telah
dilangsungkan upacara peletakan batu pertama kota pelajar/ mahasiswa
(KOPELMA) Darussalam oleh Menteri Agama K.H. Mohd. Ilyas atas nama
pemerintah pusat, seminggu kemudian diikuti dengan peletakan batu
pertama pembangunan gedung di Darussalam yang dilakukan oleh Menteri
PDK Prof. Dr. Priyono.
Setahun kemudian keinginan dan cita-cita rakyat Aceh
untuk memiliki sebuah perguruan tinggi telah menjadi kenyataan. Kota
Pelajar Mahasiswa Darussalam secara resmi dibuka Presiden Soekarno pada
tanggal 2 September 1959, diiringi pembukaan selubung Tugu Darussalam
dan peresmian pembukaan fakultas pertama dari Universitas Syiah Kuala,
yaitu Fakultas Ekonomi. Tanggal 2 September ini selanjutnya ditetapkan
sebagai Hari Pendidikan Daerah Nanggroe Aceh Darussalam, yang
diperingati setiap tahun oleh rakyat Aceh, hari yang mengandung makna
kebangkitan kembali pendidikan di daerah ini.
Pada pembukaan dan peresmian Kopelma Darussalam,
Presiden Soekarno menyatakan bahwa Darussalam sebagai pusat pendidikan
daerah Aceh adalah lambang iklim damai dan suasana persatuan, hasil
kerjasama antara rakyat dan para pemimpin Aceh, serta sebagai modal
pembangunan dan kemajuan daerah Aceh khususnya, dan Indonesia umumnya.
Sejarah telah membuktikan bahwa tekad bulat telah
mewujudkan cita-cita menjadi kenyataan, dan kenyataan ini telah
diabadikan dalam guratan pada Tugu Darussalam melalui tulisan tangan
seorang pemimpin negara.
Mulai saat itu, semua komponen rakyat Aceh ikut mencurahkan pikiran dan
tenaga serta bekerja bahu membahu dalam membangun Darussalam sehingga
berdirinya Universitas Syiah Kuala. Polisi, tentara, pegawai, anak
sekolah, rakyat di sekitar perkampungan Darussalam, turut serta
bergotong royong dengan penuh keikhlasan untuk mendirikan dan
menyumbangkan tenaga bagi pembangunan Darussalam, yang dipandang sebagai
“Jantung Hati Rakyat Aceh”.
Cikal bakal Unsyiah yang dimulai dari Fakultas
Ekonomi, dilanjutkan dengan pembentukan Fakultas Kedokteran Hewan dan
Ilmu Peternakan pada tahun 1960. Unsyiah, sebagai sebuah universitas
secara resmi baru dinyatakan pada tanggal 21 Juni 1961 melalui SK
Menteri PTIP No. 11 Tahun 1961 dan pengesahaannya melalui Keputusan
Presiden No. 161 tanggal 24 April tahun 1962. Bersamaan dengan SK
pembukaan Unsyiah, maka dibuka pula Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, dan Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat.
Pengembangan Unsyiah dilanjutkan dengan pendirian
Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran dan Fakultas
MIPA. Disamping 8 buah Fakultas dengan jenjang Strata 1 tersebut,
hingga saat ini Unsyiah telah memiliki program profesi untuk dokter dan
dokter hewan, program diploma 3 (D-III) Fakultas Ekonomi, Fakultas
Teknik, Fakultas MIPA, program diploma 2 (D-II PGSD) Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, program S1 Ekstensi Fakultas Ekonomi, Fakultas
Hukum, Fakultas Teknik dan Fakultas Pertanian, serta kelas paralel S1
FKIP.
Selain itu, Universitas Syiah Kuala juga telah
membuka program Pasca Sarjana (PPs) magister Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan (IESP), Magister Manajemen (MM), Konservasi Sumber Daya
Lahan (KSDL), Manajemen Pendidikan (MP), dan Magister Teknik (MT). Pada
tahun ajaran 1998/1999, Universitas Syiah Kuala telah menerima
mahasiswa baru untuk Program Doktor (S3) dalam bidang ilmu ekonomi.
Sejak didirikan, Unsyiah berturut-turut dipimpin oleh
Kolonel M. Jasin dengan sebutan Pj. Presiden, Drs. Marsuki Nyak Man
dengan sebutan ketua Presidium, Drs. A. Madjid Ibrahim sebagai Rektor,
seterusnya Prof. Dr. Ibrahim Hasan, MBA., Prod. Dr. Abdullah Ali,
M.Sc., Dr. M. Ali Basyah Amin, MA., Prof. Dr. Dayan Dawood, MA., Prof.
Dr. Abdi A. Wahab, M.Sc. dan kini Unsyiah berada dibawah pimpinan Prof.
Dr. Darni M. Daud, M.A
0 Comments On " "
Posting Komentar