WASPADA ONLINE | | |
SUBULUSSALAM - Kota
Subulussalam masuk kategori zona rawan pangan, karena sebagian besar
bahan pangan daerah ini harus didatangkan dari luar daerah, seperti
Sumatera Utara. Mengacu pada kondisi ini, Dandim 0109 Aceh Singkil
memprakarsai gerakan mewujudkan ketahanan pangan masyarakat melalui
pemanfaatan lahan terlantar menjadi produktif.
“Ini sangat
bahaya, kalau seandainya pasokan dari Medan terhenti berarti masyarakat
Subulussalam bisa saja kelaparan,” kata Dandim 0109 Aceh Singkil, Letkol
Inf Afson R Sirait, hari ini.
Afson yang baru enam bulan
bertugas di Singkil, menyatakan untuk menjaga stabilitas ketahanan
pangan Kota Subulussalam, program pembangunan tidak boleh hanya
tergantung pada sektor perkebunan kelapa sawit, namun harus ada upaya
untuk pembangunan di sektor pertanian.
Dandim menyontohkan
beberapa waktu lalu mulai terjadinya booming (lonjakan) kelapa sawit
sehingga banyak tandan buah segar (TBS) petani yang sia-sia tidak
terjual. Kondisi ini menurut Afson bisa saja menimbulkan kerawanan
pangan bagi masyarakat.
Tak hanya itu, masyarakat di Pulau
Banyak yang harus menganggur saat musim badai. Padahal, katanya, warga
memiliki lahan di perkarangan namun tidak dikelola.
Karenanya,
Dandim Afson menyatakan tekadnya untuk menggalakkan pertanian dengan
mengadakan gerakan tanaman padi dan palawija, berkerja sama dengan
petani dan kelompok tani di lima kecamatan se-Kota Subulussalam.
“Sebagai
prajurit, TNI tidak hanya memerintah namun terlibat langsung menggarap
lahan-lahan telantar di Kota Subulussalam untuk ditanami komoditas
pertanian seperti padi, jagung, cabe, kacang panjang, kacang tanah dan
lainnya,” katanya.
Mantan Kabag Lat, Rindam Iskandar Muda ini
menampik kalau gerakan yang dia lakukan untuk mencari popularitas atau
untuk menonjolkan diri tetapi apa yang dilakukan semata untuk
kepentingan rakyat Subulussalam.
Dandim juga menyatakan, program
yang dicanangkannya itu bukan sekadar retorika alias panas-panas tahi
ayam, tapi akan berkelanjutan. Namun, berhasil atau tidaknya program
pertanian kembali kepada masyarakat apakah mau berubah atau tidak.
Sebab, menurut Dandim Afson tidak ada alasan tanah tidak subur selagi
ada kemauan dan kerja keras.
“Kita bisa jalan ke daerah
Sidikalang, Sumatera Utara di sana mereka tidak ada hamparan tanah yang
luas tapi kenapa jagung yang ditanam di pinggir jalan bagus,” ujar
Dandim.
Walikota Subulussalam, Merah Sakti, meminta keseriusan
para petani agar benar-benar bertani. Jika serius, kata Sakti, selaku
walikota tidak keberatan menggelontorkan dana berapa pun.
Bahkan,
kepada kelompok tani Telaga Biru, Desa Suka Makmur Sakti menantang agar
terus melanjutkan tanamannya apakah jagung, kacang tanah atau cabe. Ia
berjanji akan kembali meninjau lahan terkait apakah benar-benar tumbuh
jagung atau malah kelapa sawit. |
0 Comments On "Warga Subulussalam rawan pangan"
Posting Komentar