Yogyakarta
- Dosen Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Agus Kuncaka membuat dan
mengembangkan pupuk berbahan biochar, atau arang yang mampu menyerap
karbon di udara.
"Jadi, pupuk dengan nama Slow Release
Organic Paramagnetic (SROP) itu tidak hanya mampu memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah tetapi juga dapat menyerap karbon," kata
Agus Kuncaka di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, pupuk tersebut cocok jika
dipakai di daerah perkebunan kelapa sawit. Sejumlah negara di kawasan
Eropa dan Amerika menuding industri kelapa sawit Indonesia banyak
menyumbang emisi karbon dari lahan gambut dan pemupukan urea di kawasan
perkebunan tersebut.
"Mereka melakukan aksi boikot impor
terhadap produk industri kelapa sawit Indonesia yang dianggap sebagai
pengotor dunia. Emisi karbon yang dilepas dari lahan gambut dan
pemupukan urea di perkebunan Kalimantan diperhitungkan dapat mengotori
atmosfer setara dengan pemakaian bahan bakar minyak (BBM) di Amerika
selama dua tahun," katanya.
Ia mengatakan penggunaan pupuk SROP
dalam pertanian maupun perkebunan dapat sebagai pengendali lingkungan
karena pupuk itu mampu membuat neraca karbon negatif. Dengan kata lain
pupuk SROP berfungsi sebagai pembersih udara sehingga peredaran emisi
karbondioksida dari industri perkebunan dan pertanian dapat berkurang.
Pupuk SROP, kata dia, secara molekular
mampu mendukung terbentuknya sistem kesetimbangan kimia dari nitrogen
udara ke arah pembentukan amonium dan ion nitrat secara mikrobiologi
yang sekaligus dapat menghambat pelepasan amonia (NH3) dan nitrogen
oksida (N20).
Pupuk itu juga dapat mendukung
terbentuknya sistem reaksi radikal air yang dapat mempercepat
pembentukan lignin sehingga pertumbuhan tanaman dapat dipacu. Pupuk itu
juga berfungsi sebagai sistem pelepas lambat ion amonium dan nitrat ke
tanaman.
"Secara molekular pupuk itu juga mampu
menangkap asam humat dan menahan air dengan maksimal," kata Agus yang
juga Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum dan Pengembangan Sumber Daya
Fakultas MIPA UGM.
Menurut dia proses pembuatan pupuk SROP
tergolong sederhana. Awalnya dilakukan karbonisasi massa atau
pengarangan dari limbah pertanian maupun perkebunan. Setelah diarangkan
kemudian diaktifkan dengan larutan elektrolit.
"Selanjutnya diberi penambahan protein
dari limbah peternakan maupun pertanian yang siap untuk digunakan
sebagai pupuk. Pupuk SROP tersusun dari nitrogen, fosfor, potassium
oksida, karbon organic, air, dan material paramagnetik," katanya.
sumber : http://abarky.blogspot.com/2012/09/dosen-ugm-kembangkan-pupuk-penyerap.html
0 Comments On " Dosen UGM Kembangkan Pupuk Penyerap Karbon"
Posting Komentar