lukman |
field trief k aceh tengah |
Makalah Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat
PENGEDALIAN HAMA TIKUS
DENGAN BURUNG HANTU (Tyto alba) PADA
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
AFZAL
AYU RAHAYU
HERIADI PRANATA S.
LUKMAN HAKIM
NURUL MUNAJAD
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2010/2011
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan bebagai macam limpahan karunia kepada
kita, selawat beriring salam tak henti-hentinya kita sampaikan keharibaan Nabi
besar Muhammad SAW yang telah membawa perubahan pada berbagai aspek kehidupan
manusia.
Alhamdulillah penulis
telah menyelesaikan makalah mengenai “Pengendalian
Hama Tikus Dengan Menggunakan Burung Hantu (Tyto
alba) Pada Perkebunan Kelapa Sawit”. Makalah ini merupakan suatu
kegiatan yang dapat menambah wawasan yang berguna pada bidang ilmu yang sedang
penulis dalami, dan supaya dapat penulis
wujudkan nantinya dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan
makalah ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi
maupun penulisannya. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan sebagai masukan untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang
akan datang.
Banda
Aceh, 28 Februari 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan budidaya tanaman
perkebunan tidak terlepas dari serangan organisme pengganggu
tumbuhan (OPT). Salah satu hama utama pada tanaman
kelapa sawit di Indonesia yang dapat menimbulkan kerusakan adalah tikus.
Umumnya tikus mengkonsumsi makanan sebanyak ± 10% dari berat badannya dan
membawa makanan ke dalam sarang atau tempat persembunyiannya sebanyak 40 kali
lipat setiap hari.
Pada perkebunan kelapa sawit, spesies tikus yang
dijumpai menyerang tanaman adalah tikus belukar Rattus tiomanicus, tikus
ladang R. exulans, tikus sawah R. argentiventer dan tikus rumah R.r.
diardi. Kerusakan yang ditimbulkan terhadap kelapa sawit adalah pelepah
sampai titik tumbuh pada tanaman muda, bunga dan buah pada tanaman yang
menghasilkan. Hasil penelitian menunjukkan, seekor tikus R. tiomanicus menghabiskan
daging buah kelapa sawit sebanyak 5,94 s/d 13,70 g daging buah per hari dan
membawa “brondolan” (buah lepas matang) ke dalam tumpukan pelepah 30 sampai 40
kali lipat dari konsumsinya. Populasi tikus dalam perkebunan kelapa sawit
berkisar antara 183 - 537 ekor per ha dan berfluktuasi sangat lambat. Dengan demikian kehilangan minyak sawit
mentah. (MSM = Crude Palm Oil) minimal antara 827,96 s/d 962,38 kg/ha/ tahun, tidak
termasuk “brondolan” yang tidak terpungut akibat dibawa oleh tikus ke dalam
tempat persembunyiannya. Selain itu, tandan buah yang luka akibat keratan tikus
dapat memacu meningkatkan asam lemak bebas minyak sawit. Pada daerah
pengembangan baru perkebunan kelapa sawit tertentu, kematian tanaman yang baru
ditanam dapat mencapai 20 - 30%.
Strategi pengendalian yang digunakan mengacu pada
prinsip pengendalian hama terpadu (PHT). Pengendalian hama tikus dapat
dilakukan dengan cara mekanis, kimiawi, perburuan atau biologis dengan
menggunakan musuh alami. Salah satu musuh alami yang akhir-akhir ini diketahui
efektif untuk pengendalian tikus adalah burung hantu (Tyto alba).
BAB II
BIOEKOLOGI BURUNG HANTU
(Tyto alba)
a. Klasifikasi biologi
Kerajaan :
Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Aves
Ordo
: Strigiformes
Famili
:
Tytonidae
Sub
Famili : Tytoninae
Genus
:
Tyto
Spesies
:
Tyto alba
b.
Ukuran tubuh
Ukuran
tubuh antara jantan dan betina hampir serupa, namun demikian biasanya betina
memiliki ukuran tubuh sedikit lebih besar daripada jantan.
- Ukuran tubuh betina:
-
Panjang
badan: 34 – 40 cm
-
Rentang
sayap: ± 110 cm
-
Berat
badan: ± 570 gr
- Ukuran tubuh jantan:
-
Panjang
badan: 32 – 38 cm
-
Rentang
sayap: ± 107 cm
-
Berat
badan: ± 470 gr
c.
Suara
Suara
yang sering dikeluarkan oleh T. alba
adalah cicitan serak (parau). Panggilan kawin (cumbuan) dari individu jantan
berupa cicitan yang melengking dan berulang-ulang. Pada saat kembali ke sarang,
individu dewasa terkadang mengeluarkan suara parau seperti suara katak. Jika
dikejutkan, T. alba mengeluarkan
desisan, cicitan dan suara gemeretak keras yang dilakukan dengan cara
menggerak-gerakkan lidahnya.
d.
Perkembangbiakan
Seekor
burung betina mulai bertelur pada umur 8 bulan dengan jumlah telur 12-14 butir,
tergantung kepada ketersediaan makanan. Periode bertelur antara 1-3 kali dalam
setahun, umumnya adalah dua kali. Telur berwarna putih kotor dengan berat ± 20
g per butir. Penetasan terjadi setelah masa pengeraman ± 28 hari dan secara
berurutan sebagaimana telur dihasilkan. Telur yang pertama dihasilkan akan
menetas terlebih dahulu dan penetasan telur berikutnya selang satu hari.
Tidak
seperti burung pada umumnya, T. alba tidak melengkapi sarang dengan
serasah atau bahan-bahan lain. Mereka meletakkan telur langsung diatas plafon.
Segera setelah telur pertama dihasilkan, burung betina langsung mengeraminya
dan sambil mengeram mereka menghasilkan telur selang satu hari.
BAB III
PENGENDALIAN HAMA TIKUS
DENGAN BURUNG HANTU
Pada
umumnya penanggulangan serangan tikus di perkebunan kelapa sawit dilakukan
dengan menggunakan racun tikus (rodentisida). Namun cara ini dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran lingkungan dan dianggap tidak ekonomis.
Penggunaan
burung hantu sebagai musuh alami merupakan satu alternatif penanggulangan hama
tikus di perkebunan kelapa sawit yang sangat efektif dan efisien. Biaya
pengendalian serangan tikus dengan burung hantu hanya berkisar 50% dibandingkan
penanggulangan tikus secara kimiawi.
Burung
hantu (Tyto alba) merupakan predator tikus yang sangat potensial pada
perkebunan kelapa sawit. Predator ini mampu menurunkan serangan tikus pada
tanaman muda hingga di bawah 5%. Sementara itu, ambang kritis serangan tikus di
perkebunan kelapa sawit sebesar 10%.
Burung ini merupakan merupakan burung
pemangsa (raptor), yang berburu hewan lain untuk makanannya. Menggunakan
adaptasi khusus dan kemampuan unik, membuat mereka berbeda dengan mahluk yang
lain. Kemampuan visual yang luar biasa dan pendengaran yang tajam, adalah
bagian utama kemampuan berburu. Ditambah dengan cakar dan paruh, kemampuan
terbang dengan senyap, maka lengkaplah predator luar biasa ini.
Tyto alba merupakan spesialis dalam berburu mamalia tanah kecil, dan kebanyakan mangsanya berupa hewan pengerat
kecil. Di Australia, tikus rumah merupakan makanan utama. Di Amerika dan Eropa,
tikus kebun adalah mangsa utama yang penting, kemudian curut, tikus, mencit.
Mangsa lain termasuk anak kelinci, kelelawar, kodok, kadal, burung dan serangga. Tyto alba berbiak secara cepat sebagai
respon terhadap ledakan populasi tikus.
Pada
dasarnya kebutuhan konsumsi sekitar 1/3 dari berat tubuh. Namun saat burung
memelihara anak, konsumsinya akan berkurang karena harus berbagi dengan anak.
Untuk burung berumur 2-4 minggu, rata-rata konsumsinya sekitar 2-4 ekor tikus
per malam. Untuk umur 3-5 minggu, mengkonsumsi sekitar 5-10 ekor per malam. Di
Amerika, sepasang induk dengan lima anak, dapat mengkonsumsi sekitar 3000 ekor
hewan pengerat dalam satu musim berbiak.
Tyto alba dewasa berburu sesaat setelah
senja, dan perburuan berikutnya sekitar 2 jam
menjelang fajar. Namun jika mereka sedang membesarkan anak, mereka akan aktif
berburu sepanjang malam. Sangat jarang sekali dijumpai Tyto alba berburu pada siang hari. Jika ada kejadian perburuan
di siang hari, bisa diduga burung tersebut sedang mengalami kelaparan.
Burung
Hantu secara umum memiliki area perburuan jauh dari tempat bertengger sehari-hari.
Kebanyakan jenis berburu dari suatu tenggeran, seperti dahan rendah, tunggul,
atau pagar. Mereka akan menunggu mangsanya muncul, dan akan menyambar dengan
sayap terbuka, kaki dijulurkan kedepan. Beberapa jenis akan terbang melayang
dari satu tenggeran ke yang lain sebelum menangkap mangsa.
Pada
beberapa kasus, Burung Hantu langsung menyergap mangsa, dengan membentangkan sayap
pada saat terakhir. Beberapa jenis memilih untuk soaring, atau terbang
berputar, mengamati mangsa yang cocok di tanah. Saat sasaran ditemukan, burung
akan terbang langsung, menjaga posisi kepala segaris. Saat burung menarik
kepala kebelakang, kakinya dijulurkan kedepan dengan cakar membuka lebar, dua
kedepan, dua kebelakang.
Burung Hantu dapat mengadaptasi
kemampuan berburu bergantung pada tipe mangsa. Serangga dan burung kecil dapat
disergap di udara, kadang setelah diusir dari tajuk pohon atau semak oleh
Burung Hantu. Sekali tertangkap, mangsa kecil dibawa dengan paruh, atau segera
dimakan. Mangsa besar dibawa dengan cakar.
Burung Hantu dapat menyimpan
kelebihan makanan di suatu tempat saat kondisi mangsa
melimpah. Tempat menyimpan dapat berupa sarang, lubang pohon, atau cabang batang. Mangsa biasanya ditemukan dengan cara membagi
pandangan atas dan bawah, terutama pada padang rumput terbuka. Tyto alba sangat mengandalkan
terbang tanpa suara dan pendengaran yang sangat kuat untuk menemukan mangsa.
Suara sayap Tyto alba
teredam oleh tumpukan beludru pada permukaan bulunya. Sebagai tambahan, ujung
bulu sayap memiliki sisir halus yang meredam suara kepakan sayap.
Terbang dengan senyap mencegah
mangsanya mendengar, dan membantu pendengarannya sendiri. Lubang telinga berada
sedikit diatas kepala dan memiliki sudut yang berbeda. Telinganya ditutupi oleh
suatu bulu yang pendek, rapat dan fleksibel, yang berubah fungsi sebagai cakram
pemantul suara. Hal ini memberikan Tyto alba kemampuan pendengaran yang sangat sensitif dan
terarah. Hal ini membuatnya mampu menemukan mangsa pada kondisi gelap total.
BAB IV
KESIMPULAN DAN
SARAN
A. KESIMPULAN
- Pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan cara mekanis, kimiawi, perburuan atau biologis dengan menggunakan musuh alami. Salah satu musuh alami yang akhir-akhir ini diketahui efektif untuk pengendalian tikus adalah burung hantu (Tyto alba).
- Predator ini mampu menurunkan serangan tikus pada tanaman muda hingga di bawah 5%. Sementara itu, ambang kritis serangan tikus di perkebunan kelapa sawit sebesar 10%.
- Tyto alba dewasa berburu sesaat setelah senja, dan perburuan berikutnya sekitar 2 jam menjelang fajar. Namun jika mereka sedang membesarkan anak, mereka akan aktif berburu sepanjang malam.
- Burung Hantu secara umum memiliki area perburuan jauh dari tempat bertengger sehari-hari.
- Seekor burung hantu setiap harinya mampu memangsa seratus ekor tikus.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2000. Menuju Pertanian Tangguh 1. Cetakan ke 3. Yayasan Pengembangan Sinar
Tani.
0 Comments On "Makalah Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat PENGEDALIAN HAMA TIKUS DENGAN BURUNG HANTU (Tyto alba) PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT"
Posting Komentar