Sabtu, 24 Maret 2012 3/24/2012

Makalah Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat PENGEDALIAN HAMA TIKUS DENGAN BURUNG HANTU (Tyto alba) PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT




lukman

field trief k aceh tengah













Makalah Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat
                                                                                               
PENGEDALIAN HAMA TIKUS DENGAN BURUNG HANTU (Tyto alba) PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

AFZAL
AYU RAHAYU
HERIADI PRANATA S.
LUKMAN HAKIM
NURUL MUNAJAD


Unsyiah good




FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2010/2011





KATA PENGANTAR


            Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan bebagai macam limpahan karunia kepada kita, selawat beriring salam tak henti-hentinya kita sampaikan keharibaan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia.
            Alhamdulillah penulis telah menyelesaikan makalah mengenai “Pengendalian Hama Tikus Dengan Menggunakan Burung Hantu (Tyto alba) Pada Perkebunan Kelapa Sawit”. Makalah ini merupakan suatu kegiatan yang dapat menambah wawasan yang berguna pada bidang ilmu yang sedang penulis dalami, dan supaya dapat  penulis wujudkan nantinya dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat.
            Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai masukan untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.



                                                                                    Banda Aceh, 28 Februari 2011


                                                                                                            Penulis

 
BAB I
PENDAHULUAN


Kegiatan budidaya tanaman perkebunan tidak terlepas dari serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Salah satu hama utama pada tanaman kelapa sawit di Indonesia yang dapat menimbulkan kerusakan adalah tikus. Umumnya tikus mengkonsumsi makanan sebanyak ± 10% dari berat badannya dan membawa makanan ke dalam sarang atau tempat persembunyiannya sebanyak 40 kali lipat setiap hari.
Pada perkebunan kelapa sawit, spesies tikus yang dijumpai menyerang tanaman adalah tikus belukar Rattus tiomanicus, tikus ladang R. exulans, tikus sawah R. argentiventer dan tikus rumah R.r. diardi. Kerusakan yang ditimbulkan terhadap kelapa sawit adalah pelepah sampai titik tumbuh pada tanaman muda, bunga dan buah pada tanaman yang menghasilkan. Hasil penelitian menunjukkan, seekor tikus R. tiomanicus menghabiskan daging buah kelapa sawit sebanyak 5,94 s/d 13,70 g daging buah per hari dan membawa “brondolan” (buah lepas matang) ke dalam tumpukan pelepah 30 sampai 40 kali lipat dari konsumsinya. Populasi tikus dalam perkebunan kelapa sawit berkisar antara 183 - 537 ekor per ha dan berfluktuasi sangat lambat.  Dengan demikian kehilangan minyak sawit mentah. (MSM = Crude Palm Oil) minimal antara 827,96 s/d 962,38 kg/ha/ tahun, tidak termasuk “brondolan” yang tidak terpungut akibat dibawa oleh tikus ke dalam tempat persembunyiannya. Selain itu, tandan buah yang luka akibat keratan tikus dapat memacu meningkatkan asam lemak bebas minyak sawit. Pada daerah pengembangan baru perkebunan kelapa sawit tertentu, kematian tanaman yang baru ditanam dapat mencapai 20 - 30%.
Strategi pengendalian yang digunakan mengacu pada prinsip pengendalian hama terpadu (PHT). Pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan cara mekanis, kimiawi, perburuan atau biologis dengan menggunakan musuh alami. Salah satu musuh alami yang akhir-akhir ini diketahui efektif untuk pengendalian tikus adalah burung hantu (Tyto alba).

BAB II
BIOEKOLOGI BURUNG HANTU (Tyto alba)


a.      Klasifikasi biologi
Kerajaan          :           Animalia
Filum               :           Chordata
Sub Filum        :           Vertebrata
Kelas               :           Aves
Ordo                :           Strigiformes
Famili              :           Tytonidae
Sub Famili       :           Tytoninae
Genus              :           Tyto
Spesies            :           Tyto alba

b.      Ukuran tubuh
            Ukuran tubuh antara jantan dan betina hampir serupa, namun demikian biasanya betina memiliki ukuran tubuh sedikit lebih besar daripada jantan.
  • Ukuran tubuh betina:
-        Panjang badan: 34 – 40 cm
-        Rentang sayap: ± 110 cm
-        Berat badan: ± 570 gr
  • Ukuran tubuh jantan:
-        Panjang badan: 32 – 38 cm
-        Rentang sayap: ± 107 cm
-        Berat badan: ± 470 gr

c.       Suara
            Suara yang sering dikeluarkan oleh T. alba adalah cicitan serak (parau). Panggilan kawin (cumbuan) dari individu jantan berupa cicitan yang melengking dan berulang-ulang. Pada saat kembali ke sarang, individu dewasa terkadang mengeluarkan suara parau seperti suara katak. Jika dikejutkan, T. alba mengeluarkan desisan, cicitan dan suara gemeretak keras yang dilakukan dengan cara menggerak-gerakkan lidahnya.

d.      Perkembangbiakan
            Seekor burung betina mulai bertelur pada umur 8 bulan dengan jumlah telur 12-14 butir, tergantung kepada ketersediaan makanan. Periode bertelur antara 1-3 kali dalam setahun, umumnya adalah dua kali. Telur berwarna putih kotor dengan berat ± 20 g per butir. Penetasan terjadi setelah masa pengeraman ± 28 hari dan secara berurutan sebagaimana telur dihasilkan. Telur yang pertama dihasilkan akan menetas terlebih dahulu dan penetasan telur berikutnya selang satu hari.
            Tidak seperti burung pada umumnya, T. alba tidak melengkapi sarang dengan serasah atau bahan-bahan lain. Mereka meletakkan telur langsung diatas plafon. Segera setelah telur pertama dihasilkan, burung betina langsung mengeraminya dan sambil mengeram mereka menghasilkan telur selang satu hari.



BAB III
PENGENDALIAN HAMA TIKUS DENGAN BURUNG HANTU


            Pada umumnya penanggulangan serangan tikus di perkebunan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan racun tikus (rodentisida). Namun cara ini dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan dan dianggap tidak ekonomis.
            Penggunaan burung hantu sebagai musuh alami merupakan satu alternatif penanggulangan hama tikus di perkebunan kelapa sawit yang sangat efektif dan efisien. Biaya pengendalian serangan tikus dengan burung hantu hanya berkisar 50% dibandingkan penanggulangan tikus secara kimiawi.
            Burung hantu (Tyto alba) merupakan predator tikus yang sangat potensial pada perkebunan kelapa sawit. Predator ini mampu menurunkan serangan tikus pada tanaman muda hingga di bawah 5%. Sementara itu, ambang kritis serangan tikus di perkebunan kelapa sawit sebesar 10%.
            Burung ini merupakan merupakan burung pemangsa (raptor), yang berburu hewan lain untuk makanannya. Menggunakan adaptasi khusus dan kemampuan unik, membuat mereka berbeda dengan mahluk yang lain. Kemampuan visual yang luar biasa dan pendengaran yang tajam, adalah bagian utama kemampuan berburu. Ditambah dengan cakar dan paruh, kemampuan terbang dengan senyap, maka lengkaplah predator luar biasa ini.
            Tyto alba merupakan spesialis dalam berburu mamalia tanah kecil, dan kebanyakan mangsanya berupa hewan pengerat kecil. Di Australia, tikus rumah merupakan makanan utama. Di Amerika dan Eropa, tikus kebun adalah mangsa utama yang penting, kemudian curut, tikus, mencit. Mangsa lain termasuk anak kelinci, kelelawar, kodok, kadal, burung dan serangga. Tyto alba berbiak secara cepat sebagai respon terhadap ledakan populasi tikus.
            Pada dasarnya kebutuhan konsumsi sekitar 1/3 dari berat tubuh. Namun saat burung memelihara anak, konsumsinya akan berkurang karena harus berbagi dengan anak. Untuk burung berumur 2-4 minggu, rata-rata konsumsinya sekitar 2-4 ekor tikus per malam. Untuk umur 3-5 minggu, mengkonsumsi sekitar 5-10 ekor per malam. Di Amerika, sepasang induk dengan lima anak, dapat mengkonsumsi sekitar 3000 ekor hewan pengerat dalam satu musim berbiak.
            Tyto alba dewasa berburu sesaat setelah senja, dan perburuan berikutnya sekitar 2 jam menjelang fajar. Namun jika mereka sedang membesarkan anak, mereka akan aktif berburu sepanjang malam. Sangat jarang sekali dijumpai Tyto alba berburu pada siang hari. Jika ada kejadian perburuan di siang hari, bisa diduga burung tersebut sedang mengalami kelaparan.
            Burung Hantu secara umum memiliki area perburuan jauh dari tempat bertengger sehari-hari. Kebanyakan jenis berburu dari suatu tenggeran, seperti dahan rendah, tunggul, atau pagar. Mereka akan menunggu mangsanya muncul, dan akan menyambar dengan sayap terbuka, kaki dijulurkan kedepan. Beberapa jenis akan terbang melayang dari satu tenggeran ke yang lain sebelum menangkap mangsa.
            Pada beberapa kasus, Burung Hantu langsung menyergap mangsa, dengan membentangkan sayap pada saat terakhir. Beberapa jenis memilih untuk soaring, atau terbang berputar, mengamati mangsa yang cocok di tanah. Saat sasaran ditemukan, burung akan terbang langsung, menjaga posisi kepala segaris. Saat burung menarik kepala kebelakang, kakinya dijulurkan kedepan dengan cakar membuka lebar, dua kedepan, dua kebelakang.
            Burung Hantu dapat mengadaptasi kemampuan berburu bergantung pada tipe mangsa. Serangga dan burung kecil dapat disergap di udara, kadang setelah diusir dari tajuk pohon atau semak oleh Burung Hantu. Sekali tertangkap, mangsa kecil dibawa dengan paruh, atau segera dimakan. Mangsa besar dibawa dengan cakar.
            Burung Hantu dapat menyimpan kelebihan makanan di suatu tempat saat kondisi mangsa melimpah. Tempat menyimpan dapat berupa sarang, lubang pohon, atau cabang batang. Mangsa biasanya ditemukan dengan cara membagi pandangan atas dan bawah, terutama pada padang rumput terbuka. Tyto alba sangat mengandalkan terbang tanpa suara dan pendengaran yang sangat kuat untuk menemukan mangsa. Suara sayap Tyto alba teredam oleh tumpukan beludru pada permukaan bulunya. Sebagai tambahan, ujung bulu sayap memiliki sisir halus yang meredam suara kepakan sayap.
            Terbang dengan senyap mencegah mangsanya mendengar, dan membantu pendengarannya sendiri. Lubang telinga berada sedikit diatas kepala dan memiliki sudut yang berbeda. Telinganya ditutupi oleh suatu bulu yang pendek, rapat dan fleksibel, yang berubah fungsi sebagai cakram pemantul suara. Hal ini memberikan Tyto alba kemampuan pendengaran yang sangat sensitif dan terarah. Hal ini membuatnya mampu menemukan mangsa pada kondisi gelap total.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN


A.    KESIMPULAN
  1. Pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan cara mekanis, kimiawi, perburuan atau biologis dengan menggunakan musuh alami. Salah satu musuh alami yang akhir-akhir ini diketahui efektif untuk pengendalian tikus adalah burung hantu (Tyto alba).
  2. Predator ini mampu menurunkan serangan tikus pada tanaman muda hingga di bawah 5%. Sementara itu, ambang kritis serangan tikus di perkebunan kelapa sawit sebesar 10%.
  3. Tyto alba dewasa berburu sesaat setelah senja, dan perburuan berikutnya sekitar 2 jam menjelang fajar. Namun jika mereka sedang membesarkan anak, mereka akan aktif berburu sepanjang malam.
  4. Burung Hantu secara umum memiliki area perburuan jauh dari tempat bertengger sehari-hari.
  5. Seekor burung hantu setiap harinya mampu memangsa seratus ekor tikus.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000. Menuju Pertanian Tangguh 1. Cetakan ke 3. Yayasan Pengembangan Sinar Tani.









0 Comments On "Makalah Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat PENGEDALIAN HAMA TIKUS DENGAN BURUNG HANTU (Tyto alba) PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

BERITA TERKINI

« »
« »
« »

GALERY AGROTEKNOLOGI

Cari Blog Ini

Blogger Indonesia

Blogger Indonesia

ANDA PENGUNJUNG KE

Diberdayakan oleh Blogger.
Blogger Templates

Translate

close

Entri Populer

SALAM AGROTEKNOLOGI

SALAM AGROTEKNOLOGI

Cuaca Hari ini

free counters

HASIL PERTANIAN

HASIL PERTANIAN

Pengikut

About Me