Tugas :ISDL
EVALUASI LAHAN TANAMAN
KELAPA SAWIT
Oleh
Nama : Lukman Hakim
Nim : 0805101050131
Klas : 4 Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2011
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Kebutuhan lahan yang semakin
meningkat mengakibatkan semakin langkanya lahan pertanian yang mendukung budidaya pertanian
yang unggul sehingga memerlukan
optimalisasi penggunaan sumberdaya
lahan yang memungkinkan tetap tersedianya lahan untuk pertanian secara
berkelanjutan. Tantangan ini merupakan salah satu masalah dan tantangan serius
dalam pertanian di Indonesia (Ahmadi dan Irsal Las, 2006) yang ditambah lagi
dengan adanya persaingan penggunaan lahan untuk sektor non pertanian
Keberhasilan budidaya suatu jenis
komoditas tanaman sangat tergantung kepada kultivar tanamanyang ditanam,
agroekologis/lingkungan tempat tumbuh tempat melakukan budidaya tanaman dan
pengelolaan yang dilakukan oleh petani/pengusaha tani. Khusus mengenai lingkungan tempat tumbuh (agroekologis),
walaupun pada dasarnya untuk memenuhi persyaratan tumbuh suatu tanaman dapat
direkayasa oleh manusia, namun memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dalam
rangka pengembangan suatu komoditas tanaman, pertama kali yang harus dilakukan
mengetahui persyaratan tumbuh dari komoditas yang akan dikembangkan kemudian
mencari wilayah yang mempunyai kondisi agroekologis/faktor tempat tumbuh yang
relatif sesuai.
11.PEMBAHASAN
Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Penggunaan yang optimal memerlukan keterkaitan dengan karakteristik dan kualitas lahannya. Hal tersebut disebabkan adanya keterbatasan dalam penggunaan lahan sesuai dengan karakteristik dan kualitas lahannya, bila dihubungkan dengan pemanfaatan lahan secara lestari dan berkesinambungan.
Evaluasi lahan memerlukan sifat-sifat fisik lingkungan suatu wilayah yang dirinci ke dalam kualitas lahan (land qualities), dan setiap kualitas lahan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics). Beberapa karakteristik lahan umumnya mempunyai hubungan satu sama lainnya di dalam pengertian kualitas lahan dan akan berpengaruh terhadap jenis penggunaan dan/atau pertumbuhan tanaman dan komoditas lainnya yang berbasis lahan (peternakan, perikanan, kehutanan).
2.
Penggunaan lahan
Penggunaan
lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas: penggunaan lahan
semusim, tahunan, dan permanen. Penggunaan lahan tanaman semusim diutamakan
untuk tanaman musiman yang dalam polanya dapat dengan rotasi atau tumpang sari
dan panen dilakukan setiap musim dengan periode biasanya kurang dari setahun.
Penggunaan lahan tanaman tahunan merupakan penggunaan tanaman jangka panjang
yang pergilirannya dilakukan setelah hasil tanaman tersebut secara ekonomi
tidak produktif lagi, seperti pada tanaman perkebunan. Penggunaan lahan
permanen diarahkan pada lahan yang tidak diusahakan untuk pertanian, seperti
hutan, daerah konservasi, perkotaan, desa dan sarananya, lapangan terbang, dan
pelabuhan.
2.1.3. Karakteristik lahan
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Dari beberapa pustaka menunjukkan bahwa penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi. Sebagai gambaran Tabel 1 menunjukkan variasi dari karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam evaluasi kesesuaian lahan oleh beberapa sumber (Staf PPT, 1983; Bunting, 1981; Sys et al., 1993; CSR/FAO, 1983; dan Driessen, 1971).
2.1.3. Karakteristik lahan
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Dari beberapa pustaka menunjukkan bahwa penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi. Sebagai gambaran Tabel 1 menunjukkan variasi dari karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam evaluasi kesesuaian lahan oleh beberapa sumber (Staf PPT, 1983; Bunting, 1981; Sys et al., 1993; CSR/FAO, 1983; dan Driessen, 1971).
Tabel 1. Karakteristik lahan yang digunakan sebagai
parameter dalam evaluasi lahan.
Staf
PPT (1983)
|
Bunting
(1981)
|
Sys
et al. (1993)
|
CSR/FAO
(1983)
|
Driessen
(1971)
|
Tipe
hujan (Oldeman et al.)
|
Periode
pertumbuhan tanaman
|
Temperatur
rerata (°C) atau elevasi
|
Temperatur
rerata (°C) atau elevasi
|
Lereng
|
Kelas
drainase
|
Temperatur
rerata pada periode pertumbuhan
|
Curah
hujan (mm)
|
Curah
hujan (mm)
|
Mikrorelief
|
Sebaran
besar butir (lapisan atas)
|
Curah
hujan tahunan
|
Lamanya
masa kering (bulan)
|
Lamanya
masa kering (bulan)
|
Keadaan
batu
|
Kedalaman
efektif
|
Kelas
drainase
|
Kelembaban
udara
|
Kelembaban
udara
|
Kelas
drainase
|
Ketebalan
gambut
|
Tekstur
tanah
|
Kelas
Drainase
|
Kelas
drainase
|
Regim
kelembaban
|
Dekomposisi
gambut/jenis gambut
|
Kedalaman
perakaran
|
Tekstur/Struktur
|
Tekstur
|
Salinitas/
alkalinitas
|
KTK
|
Reaksi
tanah (pH)
|
Bahan
kasar
|
Bahan
kasar
|
Kejenuhan
basa
|
Kejenuhan
basa
|
Salinitas/
DHL
|
Kedalaman
tanah
|
Kedalaman
tanah
|
Reaksi
tanah (pH)
|
Reaksi
tanah (pH)
|
Pengambilan
hara (N, P, K) oleh tanaman
|
KTK
liat
|
Ketebalan
gambut
|
Kadar
pirit
|
C-organik
|
Pengurasan hara (N, P, K) dari tanah |
Kejenuhan
basa
|
Kematangan
gambut
|
Kadar
bahan organik
|
P-tersedia
|
|
Reaksi
tanah (pH)
|
KTK
liat
|
Tebal
bahan organik
|
Salinitas/DHL
|
|
C-organik
|
Kejenuhan
basa
|
Tekstur
|
Kedalaman
pirit
|
|
Aluminium
|
Reaksi
tanah (pH)
|
Struktur,
porositas, dan tingkatan
|
Lereng
(%)/mikrorelief
|
|
Salinitas/DHL
|
C-organik
|
Macam
liat
|
Erosi
|
|
Alkalinitas
|
Aluminium
|
Bahan
induk/ cadangan mineral
|
Kerusakan
karena banjir
|
|
Lereng
|
Salinitas/DHL
|
Kedalaman
efektif
|
Batu
dan kerikil, penghambat pengolahan tanah
|
|
Genangan
|
Alkalinitas
|
|
Pori
air tersedia
|
|
Batuan
di permukaan
|
Kadar
pirit
|
|
Penghambat
pertumbuhan karena kekurangan air
|
|
CaCO3
|
Lereng
|
|
Kesuburan
tanah
|
|
Gypsum
|
Bahaya
erosi
|
|
Permeabilitas
lapisan atas
|
|
Jumlah
basa total
|
Genangan
|
|
|
|
|
Batuan
di permukaan
|
|
|
|
|
Singkapan
batuan
|
|
Karakteristik lahan yang digunakan pada Juknis ini adalah: temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, ketebalan gambut, kematangan gambut, kapasitas tukar kation liat, kejenuhan basa, pH H20, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan, dan singkapan batuan.
-
temperatur udara :
|
merupakan
temperatur udara tahunan dan dinyatakan dalam °C
|
-
curah hujan :
|
merupakan
curah hujan rerata tahunan dan dinyatakan dalam mm
|
-
lamanya masa kering :
|
merupakan
jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun dengan jumlah curah hujan kurang
dari 60 mm
|
-
kelembaban udara :
|
merupakan
kelembaban udara rerata tahunan dan dinyatakan dalam %
|
-
drainase :
|
merupakan
pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah
|
-
tekstur :
|
menyatakan
istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran <2 mm
|
-
bahan kasar :
|
menyatakan
volume dalam % dan adanya bahan kasar dengan ukuran >2 mm
|
-
kedalaman tanah :
|
menyatakan
dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai untuk perkembangan
perakaran dari tanaman yang dievaluasi
|
-
ketebalan gambut :
|
digunakan
pada tanah gambut dan menyatakan tebalnya lapisan gambut dalam cm dari
permukaan
|
-
kematangan gambut :
|
digunakan
pada tanah gambut dan menyatakan tingkat kandungan seratnya dalam bahan
saprik, hemik atau fibrik, makin banyak seratnya menunjukkan belum
matang/mentah (fibrik)
|
-
KTK liat :
|
menyatakan
kapasitas tukar kation dari fraksi liat
|
-
kejenuhan basa :
|
jumlah
basa-basa (NH4OAc) yang ada dalam 100 g contoh tanah.
|
-
reaksi tanah (pH) :
|
nilai
pH tanah di lapangan. Pada lahan kering dinyatakan dengan data laboratorium
atau pengukuran lapangan, sedang pada tanah basah diukur di lapangan
|
-
C-organik :
|
kandungan
karbon organik tanah.
|
-
salinitas :
|
kandungan
garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik.
|
-
alkalinitas :
|
kandungan
natrium dapat ditukar
|
-
kedalaman bahan sulfidik :
|
dalamnya
bahan sulfidik diukur dari permukaan tanah sampai batas atas lapisan
sulfidik.
|
-
lereng :
|
menyatakan
kemiringan lahan diukur dalam %
|
-
bahaya erosi :
|
bahaya
erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet
erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion), atau
dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) per tahun
|
-
genangan :
|
jumlah
lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun
|
-
batuan di permukaan :
|
volume
batuan (dalam %) yang ada di permukaan tanah/lapisan olah
|
-
singkapan batuan :
|
volume
batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah
|
-
sumber air tawar :
|
tersedianya
air tawar untuk keperluan tambak guna mempertahankan pH dan salinitas air
tertentu
|
-
amplitudo pasang-surut :
|
perbedaan
permukaan air pada waktu pasang dan surut (dalam meter)
|
-
oksigen :
|
ketersediaan
oksigen dalam tanah untuk keperluan pertumbuhan tanaman/ikan
|
Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari
kegiatan survei dan/atau pemetaan sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat
dirinci dan diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data
tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi
komoditas tertentu.
Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi ada yang sifatnya tunggal dan ada yang sifatnya lebih dari satu karena mempunyai interaksi satu sama lainnya. Karenanya dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau memperbandingkan lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Sebagai contoh ketersediaan air sebagai kualitas lahan ditentukan dari bulan kering dan curah hujan rata-rata tahunan, tetapi air yang dapat diserap tanaman tentu tergantung pula pada kualitas lahan lainnya, seperti kondisi atau media perakaran, antara lain tekstur tanah dan kedalaman zone perakaran tanaman yang bersangkutan.
Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi ada yang sifatnya tunggal dan ada yang sifatnya lebih dari satu karena mempunyai interaksi satu sama lainnya. Karenanya dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau memperbandingkan lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Sebagai contoh ketersediaan air sebagai kualitas lahan ditentukan dari bulan kering dan curah hujan rata-rata tahunan, tetapi air yang dapat diserap tanaman tentu tergantung pula pada kualitas lahan lainnya, seperti kondisi atau media perakaran, antara lain tekstur tanah dan kedalaman zone perakaran tanaman yang bersangkutan.
Kualitas lahan yang menentukan dan berpengaruh terhadap
manajemen dan masukan yang diperlukan adalah:
- Terrain berpengaruh terhadap
mekanisasi dan/atau pengelolaan lahan secara praktis (teras, tanaman sela/alley
cropping, dan sebagainya), konstruksi dan pemeliharaan jalan penghubung.
- Ukuran dari unit potensial manajemen atau blok area/lahan pertanian.
- Lokasi dalam hubungannya untuk penyediaan sarana produksi (input), dan pemasaran hasil (aspek ekonomi).
Dalam Juknis ini kualitas lahan yang dipilih sebagai berikut: temperatur, ketersediaan air, ketersediaan oksigen, media perakaran, bahan kasar, gambut, retensi hara, toksisitas, salinitas, bahaya sulfidik, bahaya erosi, bahaya banjir, dan penyiapan lahan.
- Ukuran dari unit potensial manajemen atau blok area/lahan pertanian.
- Lokasi dalam hubungannya untuk penyediaan sarana produksi (input), dan pemasaran hasil (aspek ekonomi).
Dalam Juknis ini kualitas lahan yang dipilih sebagai berikut: temperatur, ketersediaan air, ketersediaan oksigen, media perakaran, bahan kasar, gambut, retensi hara, toksisitas, salinitas, bahaya sulfidik, bahaya erosi, bahaya banjir, dan penyiapan lahan.
-
temperatur:
|
ditentukan
oleh keadaan temperatur rerata
|
- ketersediaan air : |
ditentukan
oleh keadaan curah hujan, kelembaban, lama masa kering, sumber air tawar,
atau amplitudo pasangsurut, tergantung jenis komoditasnya
|
-
ketersediaan oksigen :
|
ditentukan
oleh keadaan drainase atau oksigen tergantung jenis komoditasnya
|
-
media perakaran :
|
ditentukan
oleh keadaan tekstur, bahan kasar dan kedalaman tanah
|
-
gambut:
|
ditentukan
oleh kedalaman dan kematangan gambut
|
-
retensi hara :
|
ditentukan
oleh KTK-liat, kejenuhan basa, pH-H20, dan C-organik
|
-
bahaya keracunan :
|
ditentukan
oleh salinitas, alkalinitas, dan kedalaman sulfidik atau pirit (FeS2)
|
-
bahaya erosi :
|
ditentukan
oleh lereng dan bahaya erosi
|
-
bahaya banjir :
|
ditentukan
oleh genangan
|
-
penyiapan lahan :
|
ditentukan
oleh batuan di permukaan dan singkapan batuan
|
Fasilitas yang berkaitan dengan aspek ekonomi merupakan
penentu kesesuaian lahan secara ekonomi atau economy land suitability class
(Rossiter, 1995). Hal ini dengan pertimbangan bagaimanapun potensialnya secara
fisik suatu wilayah, tanpa ditunjang oleh sarana ekonomi yang memadai, tidak
akan banyak memberikan kontribusi terhadap pengembangan wilayah tersebut.
Evaluasi Lahan dari aspek ekonomi tidak dibahas dalam Juknis ini.
.2 Metode Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Komoditi Kelapa Sawit
Potensi lahan
untuk pengembangan perkebunan pada dasamya ditentukan oleh sifat-sifat fisik
dan
lingkungan yang
mencakup: tanah, topografi/bentuk wilayah, hidrologi dan iklim. Kecocokan
antara
sifat-sifat fisik dengan persyaratan penggunaan suatu komoditas yang dievaluasi
akan
memberikan
gambaran atau informasi bahwa tahan tersebut potensial untuk pengembangan
komoditas
tersebut. Hal tersebut juga memiliki pengertian bahwa jika lahan digunakan
untuk
penggunaan
tertentu dengan memberikan masukan (input) yang diperlukan maka akan
memberikanhasil (ouput) sesuai dengan yang diharapkan.
Persyaratan Tumbuh Komoditi Kelapa Sawit
Komoditas
yang mempunyai nilai ekonomis dan potensial untuk dikembangkan salah satunya
adalah adalah kelapa sawit. Berikut ini disajikan
peryaratan tumbuh dari tanaman kelapa sawit:
a. Tanah/lahan
· Tinggi tempat: tanaman sawit dapat tumbuh sampai
ketinggian tempat >1000 meter di atas
permukaan laut (mdpl), tapi secara ekonomis diusahakan
sampai dengan ketinggian 400 m dpl
· Topografi: kemiringan lereng 0-250
· Drainase: drainase harus baik, kondisi tanah tergenang
akan menyebabkan kelapa sawit
kekurangan oksigen dan menghambat penyerapan unsur hara.
· Jenis tanah: kelapa sawit tumbuh pada tanah podsolik,
latosol, hidromorf kelabu, Regosol,
Andosol dan tanah alluvial, bahkan pada tanah gambut pun
dapat tumbuh dengan syarat
ketebalan gambut tidak lebih dari 1 meter.
· Sifat fisik tanah: solum > 80 cm tanpa ada lapisan
padas, tekstur lempung atau liat dengan
komposisi pasir 20 – 60 %, debu 10 – 40 %, liat 20 – 50
%. Konsistensi gembur sampai agak
teguh dengan permeabilitas sedang sampai baik. Permukaan
air tanah berada di bawah 80 cm,
makin dalam makin baik.
· Sifat kimia tanah: sifat kimia tanah dapat dilihat dari
tingkat keasaman dan komposisi hara
mineralnya. Sifat kimia tanah mempunyai arti penting
dalam menentukan dosis pemupukan dan
kelas kesuburan tanah. Tanaman kelapa sawit tidak
memerlukan tanah dengan sifat kimia yang
istimewa sebab kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi
dengan pemupukan. Tanah yang
mengandung unsur hara dalam jumlah besar sangat baik
untuk pertumbuhan vegetatif dan
generatif tanaman, sedangkan keasaman tanah menentukan
ketersediaan dan keseimbangan
unsur - unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh
pada pH tanah antara 4,0 – 6,5
sedangkan pH optimum 5 – 5,5. Tanah yang memiliki pH
rendah dapat dinaikkan dengan
pengapuran tetapi membutuhkan biaya tinggi. Tanah yang
memiliki pH rendah biasanya
dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut.
Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang memiliki
kandungan unsur hara yang
tinggi, dengan C/N mendekati 10 di mana C 1 % dan N 0,1
%. Daya tukar Mg dan K berada
pada batas normal, yaitu Mg 0,4 – 10 me/100 gram, sedangkan K 0,15 –
1,20 me/100 gram.
b. Iklim
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah
tropika basah di sekitar 120 Lintang
Utara – 120 Lintang Selatan. Secara alami, kelapa sawit
tumbuh di tanah berawa di sepanjang
bantaran sungai dan di tempat sangat basah. Tanaman ini
tidak dapat tumbuh karena terlalu lembab
dan tidak mendapat sinar matahari karena ternaungi kanopi
tumbuhan yang lebih tinggi.
· Curah hujan: keadaan iklim baik (kelas 1) mensyaratkan
curah hujan 2000-2500 mm/tahun
dengan distribusi merata. Tapi masih ditoleransi sampai
dengan 1500 mm/tahun. Lebih besar
dari 2500 mm akan menstimulasi terjadinya erosi yang akan
menurunkan kesuburan tanah,
sedangkan bulan kering yang signifikan akan mengakibatkan
terjadinya defisit air dan dapat
menekan produksi.
Klasifikasi defisit air tahunan pada budidaya kelapa sawit
dapat dilihat berikut ini:
Klasifikasi (mm) Keterangan
_ 0 – 150 Optimum
_ 150 – 250 Masih sesuai
_ 250 – 350 Intermedier
_ 350 – 400 Limit
· Penyinaran
matahari: sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan
memacu
pertumbuhan bunga dan buah. Untuk itu intensitas, kualitas dan lama penyinaran
amat
berpengaruh.
Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5 – 7
jam per hari,
rata-rata penyinaran 6 jam per hari, minimum 1600 jam per tahun dengan
intensitas di atas 60
%.
.2.1. Klasifikasi Kesesuaian Lahan
Menurut Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat (1993), penilaian klasifikasi kesesuaian lahan
dibedakan
menurut tingkatannya, yaitu sebagai berikut:
Ordo : Pada
tingkat ini kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergotong sesuai (S)
dan tidak sesuai
(N).
Kelas : Pada
tingkat kelas, lahan yang tergolong sesuai (S) dibedakan antara sangat sesuai
(S1). cukup
sesuai (S2) dan
marginal sesuai (S3).
Lahan kelas
sangat sesuai (S1) adalah lahan yang relatif tidak memiliki faktor pembatas
yang
berarti/nyata
terhadap penggunaannya secara berketanjutan. Lahan kelas cukup sesuai (S2)
adalah
tahan mempunyai
faktor pembatas yang berpengaruh terhadap produktifitasnya, sehingga
memerlukan
tambahan (input) untuk meningkatkan produktifitas pada tingkat yang optimum.
Lahan kelas
sesuai marginal (S3) adalah lahan mempunyal faktor pembatas yang berat sehingga
berpengaruh
terhadap produktifitasnya dan memerlukan input lebih besar dari pada lahan
kelas S2.
Lahan kelas
tidak sesuai (N) adalah lahan yang tidak sesuai karena memiliki faktor pembatas
yang
berat. Lahan
ketas ini dibedakan menjadi lahan kelas tidak sesuai sementara (N1), dan lahan
kelas
tidak sesuai
permanen (N2). Lahan kelas N1 mempunyai faktor pembatas yang sangat berat tapi
sifatnya tidak
permanen, sehingga dengan input pada tingkat tertentu masih dapat ditingkatkan
produktifitasnya.
Sedangkan tahan kelas N2 mempunyai faktor pembatas sangat berat dan sifatnya permanen
sehingga tidak mungkin diperbaiki.
0 Comments On "EVALUASI LAHAN TANAMAN KELAPA SAWIT"
Posting Komentar