Sabtu, 05 Mei 2012 5/05/2012

Laporan Studi Lapang


Agroteknologi 08


TEKNIK OKULASI TANAMAN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L)
DI BALAI PUSAT PENGEMBANGAN HOLTIKULTURA TERPADU
SAREE KAB ACEH BESAR


OLEH

ARIF MUNANDAR
0805101050117

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI






JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2010








BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Pembangunan sektor pertanian merupakan tanggung jawab bersama semua masyarakat. Karena sektor ini diketahui sebagai landasan pembangunan nasional, bagi Negara Agraris tanggung jawabnya tidak hanya diemban oleh masyarakat saja tetapi juga oleh perguruan tinggi yang merupakan tulang punggung dalam pembangunan. Kebersamaan ini diharapkan akan terwujud kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai kerakyatan yang pada akhir dapat menciptakan masyarakat yang sejahtera. Berdasarkan azas Tri Darma Perguruan Tinggi, UU No.2 Tahun 1989, PP No.30 Tahun 1990 dan GBHN 1993 dapat disimpulkan bahwa peningkatan peranan perguruan tinggi dalam usaha pembangunan diarahkan untuk: 1. Menjadikan Perguruan Tinggi sebagai pusat pengabdian pada masyarakat, penelitian, pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kebutuhan pembangunan masa sekarang dan masa yang akan datang, 2. Mendidik mahasiswa-mahasiswa agar berjiwa penuh pengabdian serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan Negara Indonesia dan 3. Meningkatkan sumber daya manusia mahasiswa agar bermanfaat bagi usaha-usaha pembangunan nasional serta bagi pembangunan daerah.
Misi tersebut diharapkan Perguruan Tinggi mampu melahirkan sarjana atau tenaga kerja yang berkualitas yaitu dengan cara dapat lebih menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan pembangunan masyarakat desa dan bidang yang ditekeni mahasiswa yang bersangkutan. Agar program tersebut dapat terwujud maka setiap mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti Studi Lapang sesuai dengan bidang yang ditekuninya.
Studi Lapang merupakan salah satu Mata Kuliah di Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala yang wajib di ambil oleh setiap mahasiswa. Studi Lapang dapat berbentuk kegiatan kunjungan akademik terprogram ke instansi pemerintah, swasta, maupun terjun ke masyarakat yang berkaitan dengan isu pertanian mutakhir. Studi Lapang adalah salah satu proses kegiatan observasi pengungkapan fakta–fakta dalam proses memperoleh keterangan atau data dengan cara terjun langsung ke lapangan. Studi Lapang berguna untuk berbagai penelitian dan merupakan cara ilmiah yang dilakukan dengan rancangan operasional dan dapat memberikan hasil yang lebih akurat untuk menghindari kesalahan penelitian serta dapat menambah pengalaman. Kemudian, hasil Studi Lapang tersebut diseminarkan dalam forum yang dihadiri oleh mahasiswa dan dosen.
 Indonesia merupakan wilayah tropis, beriklim basah dan memungkinkan tumbuhnya berbagai tanaman dan buah-buahan dengan subur. Keanekaragaman sumber genetik buah-buahan tropis yang tumbuh tersebar diberbagai wilayah Indonesia yang memberikan prospek yang cukup cerah untuk dikembangkan. Rambutan adalah salah satu jenis buah-buahan yang banyak dibudidayakan, baik di pekarangan rumah maupun di kebun.
Rambutan (Nephelium lappaceum L)  merupakan tanaman berkayu keras, dengan bentuk pohon yang tinggi mencapai 7 m, bercabang banyak, mempunyai system perakaran tunggang dan akar samping. Pada okulasi rambutan, ada tiga jenis tanaman rambutan yang cocok digunakan untuk batang bawah, yaitu: rambutan sinyonya, simacan dan sitangkeu.
Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetative, dimana dua jenis tanaman dikombinasikan dengan cara menempel. Untuk keperluan okulasi ini diperlukan batang bawah dan batang atas. Untuk batang bawah digunakan dari jenis tanaman yang mempunyai perakaran kuat, tahan terhadap hama, penyakit dan mudah beradaptasi dengan lingkungan. Sedangkan untuk batang atas digunakan jenis tanaman yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman, mempunyai sifat berbuah lebat, manis, berdaging tebal dan memiliki nilai ekonomis tinggi.

1.2  Tujuan Studi Lapang
Studi Lapang bertujuan untuk memadukan ilmu pengetahuan mahasiswa yang diperoleh di ruang kuliah dengan kondisi lapangan serta sebagai pembekalan mahasiswa tentang pelaksanaan kegiatan budidaya tanaman dilapangan.


BAB II
METODE PELAKSANAAN

2.1  Tempat dan Waktu
Kegiatan Studi Lapang dilaksanakan di Balai Pusat Pengembangan Holtikultura Terpadu Saree Kec. Lembah Seulawah Kab. Aceh Besar. Kegiatan ini  berlangsung pada tanggal 12 Juni 2010 mulai pukul 09.00 WIB s/d pukul 17.00 WIB.

2.2  Keadaan Umum Wilayah Studi Lapang
2.2.1 Letak Geografis
Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Terpadu Saree terletak dalam wilayah Kemukimam Saree Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar, dengan jarak 31 km dari Kota Jantho (Ibukota Kabupaten Aceh Besar) dan 72 km dari Kota Banda Aceh (Ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) dengan ketinggian tempat 450-500 meter dari permukaan laut, dan letak geografis 950 39 sampai dengan 950 44 BT dan 50 28 LU.
Batas-batas wilayah Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Terpadu Saree sebagai berikut:
§  Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Aceh Kecamatan Lembah Seulawah, Kab. Aceh Besar.
§  Sebelah Timur berbatasan dengan tanah Kodam Kecamatan Lembah Seulawah, Kab. Aceh Besar.
§  Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Suka Mulia Kecamatan  Lembah Seulawah, Kab. Aceh Besar.
§  Sebelah Selatan berbatasan dengan BLPP Saree Kecamatan Lembah Seulawah, Kab. Aceh Besar.
Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Terpadu Saree mempunyai luas seluruhnya ± 47 Ha. Dari luas tersebut 30% dikelola oleh petani, sedangkan 70% lagi khusus dikerjakan oleh Karyawan Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Terpadu Saree.

2.2.2 Keadaan  Iklim, Tanah, dan Topografi
Daerah Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Terpadu Saree merupakan daerah pegunungan dan beriklim basah, mempunyai curah hujan rata-rata 1760 mm/tahun. Data curah hujan yang terjadi di Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Terpadu Saree selama 10 tahun.
Suhu rata-rata di daerah Studi Lapang selama lima tahun yang diperoleh pada daerah tersebut adalah 26,2 0C dengan temperatur maksimum 27,4 0C dan minimum 25,05 0C. Keadaan angin di daerah Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Terpadu Saree selalu berubah-ubah dengan kecepatan berkisar 5 – 12 knot/jam dan kecepatan angin maksimum rata-rata yang pernah tercatat adalah 30 knot/jam.
Data yang diperoleh dari bagian daya guna tanah Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Terpadu Saree sebagian besar adalah jenis tanah Andosol dengan struktur gembur, warna  hitam dan kaya akan humus yang mempunyai pH 5–6,5. Sesuai dengan letaknya, bila ditinjau dari topografinya sangat bervariasi yaitu datar, miring dan berbukit-bukit. Menurut informasi dari Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Terpadu Saree, arealnya tersebut mempunyai kemiringan antara 20% - 30%.

2.3  Objek Sasaran
Sasaran utama dalam Studi Lapang ini adalah Balai Pusat Pengembangan Holtikultura Terpadu (BPPHT) Saree. Adapun objek yang diamati antara lain, yaitu:
1.      Perbanyakan vegetatif tanaman durian
2.      Teknik pembibitan tanaman cabai dalam bumbungan daun pisang
3.      Budidaya tanaman jagung
4.      Budidaya tanaman manggis
5.      Budidaya tanaman semangka tanpa biji
6.      Budidaya tanaman pepaya
7.      Teknik okulasi tanaman rambutan


2.4  Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam kegiatan studi lapang ini yaitu:
1.      Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara meninjau lansung lokasi pembibitan.
2.      Pengumpulan Data
Yaitu dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder.
a.       Data primer, yaitu data yang didapat langsung dari lapangan dengan cara melakukan wawancara atau tanya jawab dengan para pengelola/petani.
b.      Data sekunder, yaitu data yang didapatkan dari perpustakaan sebagai bahan bacaan.



BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN

Setelah mengikuti Studi Lapang selama sehari di Balai Pusat Pengembangan Holtikultura Terpadu (BPPHT) Saree ini, yang berlangsung pada hari Sabtu tanggal 12 Juni 2010, penulis banyak mendapatkan pengalaman dan pengetahuan lapangan secara langsung. Hal ini dapat menjadi bahan perbandingan bagi penulis, antara pengetahuan yang didapat di lapangan dengan teori yang diperoleh dari bahan kuliah dan literature.             
Berdasarkan pengamatan dan diskusi langsung dengan pihak pengelola BPPHT Saree, berikut penulis lampirkan laporan hasil kunjungannya sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Pengamatan dan Wawancara Langsung Dengan Pegawai Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Terpadu Saree Kab. Aceh Besar.
Jenis Kegiatan
Hasil Diskusi dan Pengamatan di lapangan
Perbanyakan vegetatif bibit durian
·         Persiapan media tanam dalam pembibitan polybag adalah dengan menggunakan perbandingan (50 % tanah : 50 % kompos).
·         Selain dengan biji, perbanyakan bibit dilakukan dengan cara okulasi dan sambung pucuk.
·         Jenis batang bawah yang digunakan adalah biji sapuan, sedangkan jenis batang atas adalah dari benih sertifikasi, misalnya dari varietas sukun, sunan, petruk dan otong (berasal dari pohon induk yang sudah ditanam di Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Terpadu Saree ).
·         Umur batang bawah yang sudah siap untuk disambung adalah 1-2 bulan.
·         Untuk batang atas digunakan batang muda (ujung), yang bersih (sehat) dan yang tumbuh tegak ke atas.
·         Setelah melakukan penyambungan, bibit  tersebut diletakkan ke dalam sungkop selama 1 bulan, untuk mengurangi penguapan dan supaya terhindar dari air hujan yang mengenai langsung kambium tanaman.
·         Umur bibit siap untuk disalurkan adalah bibit yang berumur 4-6 bulan dari awal penyambungan
·         Pupuk yang digunakan dalam pembibitan tersebut adalah pupuk ZA. Cara pemberiaannya yaitu dengan cara dilarutkan dalam gembor, lalu disiramkan.
·         Pupuk kompos yang digunakan diproduksi sendiri oleh karyawan Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Saree.
·         Pemasaran bibit durian yaitu ke Instansi Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Aceh dan  Instansi Swasta yang bergerak dibidang agribisnis pertanian dan petani disekitar Pemukiman Saree.

Pembuatan pupuk bokhasi
·         Bahan yang digunakan untuk pembuatan bokhasi antara lain: kotoran ayam, sekam, dedak, IM4 dan gula.
·         Untuk pembuatan 1000 kg, bahan yang digunakan adalah kotoran ayam 500 kg, dedak 20 goni, sekam 20 goni, gula aren 1kg dan EM-4 1 botol.
·         Ciri-ciri IM4 itu masih bagus yaitu masih berbau madu.
·         Ciri-ciri kompos sudah matang dan siap untuk dipakai adalah: berbau kompos, belatung sudah tidak ada lagi, tidak panas sehingga tidak terjadi lagi dekomposisi.
Teknik pembibitan cabai dalam bumbungan daun pisang
·         Bumbungan pelepah daun pisang merupakan salah media pembibitan tanaman cabai yang digunakan di BPPHT.
·         Ukuran bumbungan pisang tersebut (tinggi 6 cm dan luas 3 jari atau sekitar 5-6 cm).
·         Kepadatan tanah dari dasar sekitar 2 ruas daun pisang.
·         Sebelum ditanam benih cabai tersebut direndam didalam air panas terlebih dahulu selama 8 jam. Kemudian dipindahkan ke kain dan diletakkan dibawah cahaya lampu 60 watt atau masukkan ke dalam tanah pada kedalaman 20 cm selama 2-3 hari, untuk merangsang perkecambahan benih. Setelah benih berkecambah baru dipindahkan ke dalam bumbungan pisang atau polybag.
·         Benih yang digunakan yaitu varietas TM99 Chiminis dengan harga Rp.125.000/bungkus.
·         Perkecambahan bibit cabai dengan menggunakan bumbungan daun pisang lebih baik dari pada bibit cabai yang menggunakan polybag biasa (sintetis).
Persilangan Jagung
·         Persilangan antara varietas jagung Aceh dengan jagung pipil (rahasia pemulia).
·         Pemotongan bunga jantan pada tanaman bakal induk betina sesaat  keluar bunga sebelum bunga jantan masak agar tidak terjadi kemungkinan penyerbukan sendiri.
·         Jarak tanam yang digunakan adalah 40 x 70 cm
·         Batang jagung setelah panen digunakan untuk pakan ternak dan dibuat kompos.
·         Penyakit yang harus dihindari yaitu penyakit hawar daun dan penyakit bulai.
·         Pada waktu muda tanaman jagung biasanya diserang hama flutella dan serangan hama babi dan tikus pada waktu tua.

Budi daya semangka tanpa biji
·         Teknik penanaman sistem mata lima 5, ditengah 1 semangka berbiji dan 4 semangka tidak berbiji berada di kelilingnya.
·         Budidayanya menggunakan MPHP (Mulsa Plastik Hitam Merah) yang 20 kg seharga Rp. 300.000.
·         Pengendalian hama dengan menyemprotkan insektisida nabati daun zodiak dan ekstrak daun sirsak.
·         Hama utamanya bekicot. Hama ini menyerang pada saat magrib dan malam.
·         Teknik pengendaliannya secara mekanis, yaitu dengan mengambil langsung hama tersebut.
·         Pemupukan dengan menggunakan pupuk kompos
 dengan dosis 2-4 ton ha.
Perbanyakan tanaman manggis
·         Perbanyakan vegetative dan generative tanaman manggis sama.
·         Varietas yang digunakan yaitu varietas Kaligasing.
·         Tanaman manggis termasuk tanaman manja, harus terlindung dan dalam satu tahun hanyadapat mengeluarkan 2 daun.
·         Intensitas cahaya yang diperlukan sekitar 60%.
Budidaya tanaman papaya






·         Budidaya tanaman dilakukan dengan monokultur
·         Papaya dikembangkan dengan sistem pengolahan tanah sempurna.
·         Tanpa menggunakan pupuk kimia.
·         Tanaman pepaya dikembangkan pada lahan bekas tanaman kedelai.


Budidaya rambutan
·         Rambutan merupakan tanaman okulasi.
·         Dan kurang bagus kalau dilakukan penyambungan, karena batangnya terlalu keras.
·         Ikatan okulasi tersebut dibuka pada hari ke-25 setelah perlakuan.
·         Batang okulasi tersebut tidak boleh basah, karena jika mengenai cambium tanaman, maka proses penyatuan batang akan gagal.
·         Untuk batang bawah dianjurkan menggunakan batang pohon yang asam, karena tahan terhadap serangan hama.
Budidaya tanaman pisang
·         Tanaman pisang dilakukan dengan sistem polykultur, yaitu dengan system tumpang sari dengan cabai kecil dan tetonia.
·         Luas lahan budidaya 5 ha.
·         Tanaman pisang bibitnya dihasilkan dari bonggol.
·         Dengan system tanpa pengolahan tanah.
·         Jarak tanamnya 3 x 3
·         Pemupukan hanya dilakukan pada saat awal tanam.
·         Bibit pisang diperoleh dari kebun sendiri dan sebagian lain didatangkan dari luar.
·         Harga bibit Rp. 1000/bonggol.
·         Budidaya pisang ini dengan menggunakan tenaga orang lain, untuk laki-laki Rp.50.000/hari sedangkan perempuan Rp.30.000/hari.
·         Upah pembuatan lobang tanam Rp.1000/lobang.
·         Upah tanam Rp.500/tanaman.







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Rambutan adalah tanaman tropis yang tergolong ke dalam suku lerak-lerakan atau Sapindaceae, berasal dari daerah kepulauan di Asia Tenggara. Kata rambutan berasal dari bentuk buahnya yang mempunyai kulit menyerupai rambut. Tanaman rambutan termasuk dalam golongan tanaman tahunan, memiliki klasifikasi botani sebagai berikut (Kloppenburg, 1983),
Kingdom                : Planthae
Divisio                    : Spermatophyta
Sub Divisio             : Angiospermae
Kelas                       : Dicotiledoneae
Ordo                       : Sepindales
Famili                      : Sapindaceae
Genus                     : Nephelium
Spesies                    : Nephelium lappaceum L.

Rambutan tumbuh dan berbuah baik di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl dengan tipe iklim basah. Curah hujan 1.500-3.000 mm per tahun. Tanah yang gembur dan subur lebih disenangi. Tanaman ini relatif tahan pada lahan gambut yang masam dan tanah latosol cokelat dengan pH tanah 4-6,5. Suhu udara 22-35° C. Tipe tanah latosol kuning sangat disenangi. Hembusan angin yang kering, biasanya di pantai, dapat menyebabkan tepi-tepi daun berwarna kecokelatan seperti terbakar. Namun, untuk merangsang pembungaan diperlukan musim kemarau (kering) antara 3-4 bulan. Hujan yang jatuh pada saat tanaman sedang berbunga menyebabkan banyak bunga berguguran dan mendorong timbulnya serangan penyakit mildu tepung (Oidium sp.). Bila kemarau berkepanjangan, buah menjadi kurang berisi (kerempeng) dan bijinya tidak berkembang (kempis, rudimenter).
Tanaman rambutan diperbanyak dengan cara okulasi. Perbanyakan dengan susuan dan cangkok jarang dilakukan karena kurang efisien. Sebagai batang bawah digunakan bibit semai dari varietas sinyonya (tidak ngelotok). Umur batang bawah yang dapat diokulasi sekitar 6-8 bulan. Untuk mata tempel, diambil dari cabang tanaman rambutan varietas unggul yang daunnya mulai menua, tetapi belum tua benar. Biasanya pada cabang tersebut mata tempelnya masih tidur. Untuk mempercepat mata tempel mulai bangun (matanya menonjol), dilakukan perompesan daun dari cabang entres yang akan digunakan sebagai sumber mata tempel antara 2-3 minggu sebelum cabang dipotong. Biji rambutan adalah monoembrional sehingga semai generatif dari varietas sinyonya yang digunakan untuk batang bawah pengaruhnya bervariasi terhadap batang atas. Sifat tanaman rambutan adalah heterozigot dan menyerbuk silang.
Budidaya tanaman: Setelah lahan diolah, dibuat lubang tanaman ukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm. Pupuk kandang yang digunakan adalah 40 kg/lubang tanam. Jarak tanam 10 m x 12 m atau 12 m x 12 m, tergantung pada kondisi lahan. Pada lahan miring, jarak tanam lebih rapat. Pada lahan gambut atau lahan masam dengan pH kurang dari 5, perlu ditambahkan kapur mati atau abu dapur. Bibit ditanam di lahan setelah tingginya lebih dari 75 cm, yakni berumur lebih dari delapan bulan. Pupuk buatan berupa campuran urea, TSP atau SP-36, dan KCI, dengan perbandingan 2 : 2: 1 diberikan sebanyak 50-250 gram per tanaman. Pupuk diberikan tiga kali dengan selang empat bulan sekali. Sesudah tanaman berumur lebih dari sepuluh tahun, dapat diberi pupuk NPK hingga 500-1.000 g per pohon.

4.2 Pembahasan
            Okulasi sering juga disebut dengan menempel. Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan stek dan cangkok. Kelebihannya adalah hasil okulasi mempunyai mutu lebih baik dari pada induknya. Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang manis, tetapi mempunyai perakaran kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang bawah. Sedangkan tanaman yang mempunyai buah manis diambil mata tunasnya untuk ditempelkan pada batang bawah dikenal dengan sebutan batang atas.

Kelebihan Okulasi    
            Keuntungan-keuntungan pembiakan vegetatif antara lain adalah bahan-bahan heterozigot dapat dilestarikan tanpa pengubahan pembiakan vegetatif lebih baik dibandingkan pembiakan secara generatif. Karena pada pembiakan vegetatif satu tumbuhan induk dapat menghasilkan beberapa individu baru dalam waktu yang cukup singkat, banyak tanaman yang dikembangkan secara vegetatif dapat melestarikan sifat hasil yang dimiliki oleh tanaman induk.
Keuntungan dari memperbanyak dengan cara okulasi ialah kita dapat membuat bibit dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang relatif singkat.

Kelemahan Okulasi
            Kekurangan dan kerugian dari pembiakan vegetatif adalah biasanya tanaman yang berfungsi sebagai tanaman induk mudah rusak. Jumlah biji yang diperoleh terbatas, perakaran tanaman hasil pembiakan vegetatif kurang kuat, dan umur tanaman lebih pendek.

Tahap - Tahap Okulasi
a.      Persiapan Batang Bawah
Supaya okulasi berhasil dengan baik dicari tanaman yang kulitnya mudah dikupas dari kayunya, yaitu tanaman yang masih aktif dalam pertumbuhannya sel-sel kambium aktif dalam pembelahan diri dan akan segera membentuk jaringan baru bila kulit diambil dari kayunya
Bentuk irisan batang bawah bergantung pada cara okulasi yang kita pilih. Misalnya kita melakukan irisan dengan benntuk huruf T. Irisan ini kita buat pada bagian kulit yang halus. Kurang lebih pada batang 20 cm di ats permukaan tanah. Dalam membuat irisan ini kita harus hati-hati, irisan tidak boleh terlalu dalam. Kedalaman yang baik adalah setebal kulit batang. Jika irisan terlalu dalam dan melukai bagian kayunya dapat mengakibatkan kegagalan okulasi.

b.      Pengambilan Mata Tunas
Untuk mata tunas harus diambil dari ranting pohon yang sudah terpilih dan memenuhi beberapa persyaratan. Ranting yang diambil tidak menunjukkan gejala-gejala menguning dan mutasi. Mengambil ranting itu jangan diwaktu siang hari, sebab keadaan ranting waktu itu kurang baik.
Pengambilan mata tunas dapat dilakukan dengan 3 cara, dengan demikian dapat diperoleh mata tempel yang sesuai dengan cara yang digunakan. Etiga macam bentuk pengambilan mata tunas yaitu segi empat, sayatan, dan bulat. Bentuk segi empat diperoleh dengan mengiris secara horizontal 1,5 cm di atas dan di bawah mata, kemudian unung-ujung irisan kita hubungkan sehingga membentuk segi empat.

c.       Penyisipan Mata Tunas
Langkah ini harus kita lakukan secara hati-hati. Pokok keberhasilan dari okulasi adalah pada saat menyisipkan mata tunas. Mata tunas yang kita peroleh kita sisipkan di bawah kulit batang pokok yang telah diiris. Atau bila menggunakan pisau haji ali bulatan mata tunas ini kita tempelkan tepat pada irisan bulat yang telah kita buat sebelumnya. Dalam penyisipan atau penempelan mata tunas jangan sampai ada kotoran yang menempel pada kambium, karena dapat mengganggu menyatunya penempelan.
Ranting mata tempel yang berbentuk bulat mempunyai mutu yang lebih baik yang dibandingkan dengan yang bentuknya segitiga dan relatif masih pipih. Untuk mencegah berkembangnya cendawan, perlu dilakukan beberapa perlakuan, yakni: setelah ranting mata tempel diambil dari pohon induk, untuk menghindari penguapan yang berlebihan, daun pada ranting mata tempel perlu dibuang. Selanjutnya, ranting mata tempel perlu dibuang. Selanjutnya ranting mata tempel dicuci dengan air, kemudian direndam dengan klorox 10% selama 1 menit. Selanjutnya dikeringanginkan dan direndam dalam benomil 1% atau benlate selama 1 menit, kemudian dikeringanginkan lagi (jangan lebih 15 menit).



d.      Pengikatan Tempelan
Adapun pada bibit okulasi, potongan batang bagian bawah merupakan batang hasil persemaian biji. Sementara batang bagian atas berasal dari ’mata tempel’ pohon induk yang tumbuh menyamping. Pada tempat ’mata tempel’, kulitnya masih menampakkan bekas tempelan yang nyata.
Dalam kondisi tertentu, bila memperoleh ranting mata tempel yang pangkalnya berbentuk bulat tetapi bagian atas/pucuk masih berbentuk segi tiga, maka mata tempel yang terletak pada bagian bawah dapat ditempel dengan okulasi biasa. Sedangkan untuk bagian tengah dan ujungnya dapat digunakan okulasi irisan dan okulasi.
Untuk mengikat tempelan kita bisa menggunakan pita plastik polivinil klorida. Ukuran dari pita plastik yang digunakan umumnya panjang 20 cm, lebar 1,5 cm, dan tebalnya 1 mm. Cara mengikat tempelan dari bawah ke atas atau sering disebut dengan sistem genting. Yang perlu diperhatikan dalam pengikatan ini adalah bagian mata tempel jangan diikat terlalu keras sehingga dapat mengakibatkan kerusakan pada mata tempelan. Mata ini bisa saja tidak diikat, tetapi bahayanya bila kena hujan akan membusuk.

e.       Pembukaan Sayatan
Setelah kurang lebih dua minggu dari waktu pengikatan, kini tiba saatnya melakukan pemeriksaan berhasil tidaknya pengokulasian. Ikatan kita buka, lalu mata tempelannya dilihat. Apabila warna mata tempelan itu telah menjadi hijau kemerahan atau hitam, ini berarti pengokulasian kita tidak berhasil atau mata tempelannya tidak berhasil. Tetapi jika mata tempelan masih kelihatan hijau segar dan sudah melekat dengan batang pokok, ini pertanda bahwa okulasi kita berhasil.
Semua pekerjaan tersebut diatas harus dilakukan dalam waktu yang secepat-cepatnya. Sebab jika tidak mata tempel dan batang bawah yang sudah dikelupas kulitnya akan menjadi kering dan tempelan itu akan gagal pula/tidak jadi.



f.       Pemotongan Batang Pokok
Bila telah ada kepastian bahwa mata tempelan sudah hidup, selanjutnya adalah memotong batang pokok. Pemotongan batang pokok ada tiga cara, kita tinggal memilih dari ketiga cara tersebut.
1)      Batang pokok langsung dipotong 1 cm diatas mata tempelan, dengan bentuk potongan miring ke belakang sehingga air hujan atau air siraman dapat jatuh ke bawah dan tidak akan mangkal pada tempelan mata.
2)      Batang pokok dipotong 10 cm diatas mata tempelan. Dengan tujuan agar apabila tunas telah tumbuh tinggi dapat dipergunakan untuk mengikat batang agar dapat tumbuh tegak lurus. Apabila tunas telah tumbuh sampai 30 cm, maka batang pokok ini akan kita potong dangan ketinggian 1 cm diatas mata tempelan.
3)      Pada pemotongan ketiga tidak dilakukan sekaligus. Kedalaman pemotongan cukup setengah dari diameter batang pokok, kemudian batang pokok direbahkan.

Perlakuan dan pemeliharaan selanjutnya setelah ditempel adalah sebagai berikut
a)      Setelah tempelan itu jadi, batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempat penempelan disayat ± 2/3 bagian, kemudian dipatahkan sehingga terkulai (menggantung). Dengan cara demikian tunas akan cepat tumbuh dari mata tempel dan enam bulan setelah ditempel sudah dapat dipindahkan ke dalam keranjang atau 9 bulan sesudah ditempel sudah dapat menjadi bibit berupa stump.
b)      Tunas-tunas yang tumbuh dibawah tempelan pada batang bawah dibuang,
sehingga tunas dari mata tempel dapat dengan leluasa tumbuh.
c)      Tunas dari mata tempel dibiarkan tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang sampai setinggi ± 60 cm.




BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan selama mengikuti Studi Lapang dan analisa-analisa dari penulis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Secara genetik, pembiakan vegetative mempunyai keseragaman karena berasal dari dari satu individu yang dibiakkan dengan cara okulasi.
2.      Keseragaman tersebut dapat terjadi karena pembelahan sel pada bagian-bagian vegetative yang disebut pembelahan secara mitosis. Pada pembelahan ini, terjadi replikasi dari kromosom yang berarti pula replikasi DNA yang dimiliki.
3.      Okulasi dapat mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta menghasilkan tanaman yang sama dengan induknya, misalnya seperti buahnya manis, daging buah tebal dan batang pendek sehingga mudah pada saat panen.
4.      Keuntungan dari memperbanyak dengan cara okulasi ialah kita dapat membuat bibit dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang relatif singkat.
5.      Kekurangan dan kerugian dari pembiakan vegetatif adalah biasanya tanaman yang berfungsi sebagai tanaman induk mudah rusak. 

5.2  Saran
Adapun saran-saran yang penulis uraikan dibawah ini berdasarkan pengamatan dan untuk tercapainya tujuan yang diinginkan.
1.      Hendaknya persiapan kegiatan Studi Lapang lebih teroganisir, agar kegiatan ini lebih terarah.
2.      Hendaknya pelaksanaan kegiatan Studi lapang jangan cuma sehari, karena terlalu singkat waktu bagi mahasiswa untuk mendapatkan informasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.mlusmays.multiply.com 2010. Perbanyakan Vegetative. Diakses tanggal 16 Juni 2010.
Kloppenburg, J.V. 1983. Tanaman-Tanaman Indonesia (Terj C.D. Bethesda). Yayasan Dana Sejahtera.
Mahisworo, K. Susanto dan A. Anung. 1989. Bertanam Rambutan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Redaksi Agromedia, 2007. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Cet. I. Agromedia Pustaka, Jakarta.


 
Lampiran Dokumentasi Kegiatan
Berpose bersama di depan Gedung Utama BPPHT Saree
            
Bibit tanaman rambutan
                         
          
Teknik Okulasi Pada Tanaman Rambutan
                                
Bibit rambutan setelah okulasi                                             Tanaman Tetonia
                             
      Tanaman Strawberry                                                   Pupuk Bokhasi

                      
                 Gambar. b                                                 Gambar. b

Teknik pembibitan cabai: (gambar a) dalam bumbungan daun pisang dan (gambar b) dalam polibag plastic.
.

0 Comments On "Laporan Studi Lapang"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

BERITA TERKINI

« »
« »
« »

GALERY AGROTEKNOLOGI

Cari Blog Ini

Blogger Indonesia

Blogger Indonesia

ANDA PENGUNJUNG KE

Diberdayakan oleh Blogger.
Blogger Templates

Translate

close

Entri Populer

SALAM AGROTEKNOLOGI

SALAM AGROTEKNOLOGI

Cuaca Hari ini

free counters

HASIL PERTANIAN

HASIL PERTANIAN

Pengikut

About Me