![]() |
Agroteknologi 08 |
TEKNIK OKULASI TANAMAN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L)
DI BALAI PUSAT PENGEMBANGAN HOLTIKULTURA TERPADU
SAREE KAB ACEH BESAR
OLEH
ARIF
MUNANDAR
0805101050117
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA
ACEH
2010
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Pembangunan sektor pertanian
merupakan tanggung jawab bersama semua masyarakat. Karena sektor ini diketahui
sebagai landasan pembangunan nasional, bagi Negara Agraris tanggung jawabnya
tidak hanya diemban oleh masyarakat saja tetapi juga oleh perguruan tinggi yang
merupakan tulang punggung dalam pembangunan. Kebersamaan ini diharapkan akan
terwujud kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai kerakyatan yang pada
akhir dapat menciptakan masyarakat yang sejahtera. Berdasarkan azas Tri Darma
Perguruan Tinggi, UU No.2 Tahun 1989, PP No.30 Tahun 1990 dan GBHN 1993 dapat
disimpulkan bahwa peningkatan peranan perguruan tinggi dalam usaha pembangunan
diarahkan untuk: 1. Menjadikan Perguruan Tinggi sebagai pusat pengabdian pada
masyarakat, penelitian, pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai
dengan kebutuhan pembangunan masa sekarang dan masa yang akan datang, 2. Mendidik
mahasiswa-mahasiswa agar berjiwa penuh pengabdian serta memiliki rasa tanggung
jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan Negara Indonesia dan 3. Meningkatkan
sumber daya manusia mahasiswa agar bermanfaat bagi usaha-usaha pembangunan
nasional serta bagi pembangunan daerah.
Misi tersebut diharapkan
Perguruan Tinggi mampu melahirkan sarjana atau tenaga kerja yang berkualitas
yaitu dengan cara dapat lebih menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan
pembangunan masyarakat desa dan bidang yang ditekeni mahasiswa yang
bersangkutan. Agar program tersebut dapat terwujud maka setiap mahasiswa
diwajibkan untuk mengikuti Studi Lapang sesuai dengan bidang yang ditekuninya.
Studi Lapang merupakan salah satu Mata Kuliah di Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala yang wajib di ambil oleh setiap
mahasiswa. Studi Lapang dapat berbentuk kegiatan kunjungan akademik terprogram
ke instansi pemerintah, swasta, maupun terjun ke masyarakat yang berkaitan
dengan isu pertanian mutakhir. Studi Lapang adalah salah satu proses kegiatan
observasi pengungkapan fakta–fakta dalam proses memperoleh keterangan atau data
dengan cara terjun langsung ke lapangan. Studi Lapang berguna untuk berbagai penelitian
dan merupakan cara ilmiah yang dilakukan dengan rancangan operasional dan dapat
memberikan hasil yang lebih akurat untuk menghindari kesalahan penelitian serta
dapat menambah pengalaman. Kemudian, hasil Studi Lapang tersebut diseminarkan
dalam forum yang dihadiri oleh mahasiswa dan dosen.
Indonesia merupakan wilayah tropis, beriklim
basah dan memungkinkan tumbuhnya berbagai tanaman dan buah-buahan dengan subur.
Keanekaragaman sumber genetik buah-buahan tropis yang tumbuh tersebar
diberbagai wilayah Indonesia yang memberikan prospek yang cukup cerah untuk
dikembangkan. Rambutan adalah salah satu jenis buah-buahan yang banyak
dibudidayakan, baik di pekarangan rumah maupun di kebun.
Rambutan (Nephelium lappaceum L) merupakan tanaman berkayu keras, dengan
bentuk pohon yang tinggi mencapai 7 m, bercabang banyak, mempunyai system
perakaran tunggang dan akar samping. Pada okulasi rambutan, ada tiga jenis
tanaman rambutan yang cocok digunakan untuk batang bawah, yaitu: rambutan
sinyonya, simacan dan sitangkeu.
Okulasi merupakan salah satu cara
perbanyakan tanaman secara vegetative, dimana dua jenis tanaman dikombinasikan
dengan cara menempel. Untuk keperluan okulasi ini diperlukan batang bawah dan
batang atas. Untuk batang bawah digunakan dari jenis tanaman yang mempunyai
perakaran kuat, tahan terhadap hama, penyakit dan mudah beradaptasi dengan
lingkungan. Sedangkan untuk batang atas digunakan jenis tanaman yang dapat
meningkatkan produktivitas tanaman, mempunyai sifat berbuah lebat, manis,
berdaging tebal dan memiliki nilai ekonomis tinggi.
1.2 Tujuan
Studi Lapang
Studi Lapang
bertujuan untuk memadukan ilmu pengetahuan mahasiswa yang diperoleh di ruang
kuliah dengan kondisi lapangan serta sebagai pembekalan mahasiswa tentang
pelaksanaan kegiatan budidaya tanaman dilapangan.
BAB II
METODE PELAKSANAAN
2.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan Studi Lapang
dilaksanakan di Balai Pusat Pengembangan Holtikultura Terpadu Saree Kec. Lembah
Seulawah Kab. Aceh Besar. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 12 Juni 2010 mulai
pukul 09.00 WIB s/d pukul 17.00 WIB.
2.2
Keadaan Umum Wilayah Studi Lapang
2.2.1 Letak Geografis
Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Terpadu Saree terletak dalam wilayah
Kemukimam Saree Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar, dengan jarak 31
km dari Kota Jantho (Ibukota Kabupaten Aceh Besar) dan 72 km dari Kota Banda
Aceh (Ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) dengan ketinggian tempat
450-500 meter dari permukaan laut, dan letak geografis 950 39 sampai
dengan 950 44 BT dan 50 28 LU.
Batas-batas wilayah Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Terpadu Saree
sebagai berikut:
§
Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Aceh
Kecamatan Lembah Seulawah, Kab. Aceh Besar.
§
Sebelah Timur berbatasan dengan tanah Kodam
Kecamatan Lembah Seulawah, Kab. Aceh Besar.
§
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Suka Mulia
Kecamatan Lembah Seulawah, Kab. Aceh
Besar.
§
Sebelah Selatan berbatasan dengan BLPP Saree
Kecamatan Lembah Seulawah, Kab. Aceh Besar.
Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Terpadu Saree mempunyai luas
seluruhnya ± 47 Ha. Dari luas tersebut 30% dikelola oleh petani, sedangkan 70%
lagi khusus dikerjakan oleh Karyawan Balai Pusat Pengembangan Hortikultura
Terpadu Saree.
2.2.2 Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi
Daerah Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Terpadu Saree merupakan
daerah pegunungan dan beriklim basah, mempunyai curah hujan rata-rata 1760 mm/tahun.
Data curah hujan yang terjadi di Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Terpadu Saree
selama 10 tahun.
Suhu rata-rata di daerah Studi Lapang selama lima tahun yang diperoleh
pada daerah tersebut adalah 26,2 0C dengan temperatur maksimum 27,4 0C
dan minimum 25,05 0C. Keadaan angin di daerah Balai Pusat
Pengembangan Hortikultura Terpadu Saree selalu berubah-ubah dengan kecepatan
berkisar 5 – 12 knot/jam dan kecepatan angin maksimum rata-rata yang pernah
tercatat adalah 30 knot/jam.
Data yang diperoleh dari bagian daya guna tanah Balai Pusat Pengembangan
Hortikultura Terpadu Saree sebagian besar adalah jenis tanah Andosol dengan
struktur gembur, warna hitam dan kaya
akan humus yang mempunyai pH 5–6,5. Sesuai dengan letaknya, bila ditinjau dari
topografinya sangat bervariasi yaitu datar, miring dan berbukit-bukit. Menurut
informasi dari Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Terpadu Saree, arealnya
tersebut mempunyai kemiringan antara 20% - 30%.
2.3 Objek Sasaran
Sasaran utama dalam Studi Lapang ini adalah Balai Pusat Pengembangan Holtikultura
Terpadu (BPPHT) Saree. Adapun objek yang diamati antara lain, yaitu:
1.
Perbanyakan vegetatif tanaman durian
2.
Teknik pembibitan tanaman cabai dalam bumbungan daun
pisang
3.
Budidaya tanaman jagung
4.
Budidaya tanaman manggis
5.
Budidaya tanaman semangka tanpa biji
6.
Budidaya tanaman pepaya
7.
Teknik okulasi tanaman rambutan
2.4 Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam kegiatan studi lapang ini yaitu:
1.
Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara meninjau lansung lokasi pembibitan.
2.
Pengumpulan Data
Yaitu dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder.
a.
Data primer, yaitu data yang didapat langsung dari
lapangan dengan cara melakukan wawancara atau tanya jawab dengan para
pengelola/petani.
b.
Data sekunder, yaitu data yang didapatkan dari
perpustakaan sebagai bahan bacaan.
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN
Setelah mengikuti Studi Lapang selama sehari di Balai Pusat Pengembangan
Holtikultura Terpadu (BPPHT) Saree ini, yang berlangsung pada hari Sabtu
tanggal 12 Juni 2010, penulis banyak mendapatkan pengalaman dan pengetahuan
lapangan secara langsung. Hal ini dapat menjadi bahan perbandingan bagi
penulis, antara pengetahuan yang didapat di lapangan dengan teori yang
diperoleh dari bahan kuliah dan literature.
Berdasarkan pengamatan dan diskusi langsung dengan pihak pengelola BPPHT
Saree, berikut penulis lampirkan laporan hasil kunjungannya sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan
dan Wawancara Langsung Dengan Pegawai Balai Pusat Pengembangan Hortikultura
Terpadu Saree Kab. Aceh Besar.
Jenis Kegiatan
|
Hasil Diskusi dan Pengamatan di lapangan
|
Perbanyakan vegetatif bibit durian
|
·
Persiapan media tanam dalam pembibitan polybag
adalah dengan menggunakan perbandingan (50 % tanah : 50 % kompos).
·
Selain dengan biji, perbanyakan bibit
dilakukan dengan cara okulasi dan sambung pucuk.
·
Jenis batang bawah yang digunakan adalah biji
sapuan, sedangkan jenis batang atas adalah dari benih sertifikasi, misalnya
dari varietas sukun, sunan, petruk dan otong (berasal dari pohon induk yang
sudah ditanam di Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Terpadu Saree ).
·
Umur batang bawah yang sudah siap untuk
disambung adalah 1-2 bulan.
·
Untuk batang atas digunakan batang muda
(ujung), yang bersih (sehat) dan yang tumbuh tegak ke atas.
·
Setelah melakukan penyambungan, bibit tersebut diletakkan ke dalam sungkop selama
1 bulan, untuk mengurangi penguapan dan supaya terhindar dari air hujan yang
mengenai langsung kambium tanaman.
·
Umur bibit siap untuk disalurkan adalah bibit
yang berumur 4-6 bulan dari awal penyambungan
·
Pupuk yang digunakan dalam pembibitan tersebut
adalah pupuk ZA. Cara pemberiaannya yaitu dengan cara dilarutkan dalam gembor,
lalu disiramkan.
·
Pupuk kompos yang digunakan diproduksi sendiri
oleh karyawan Balai Pusat Pengembangan Hortikultura Saree.
·
Pemasaran bibit durian yaitu ke Instansi Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Aceh dan
Instansi Swasta yang bergerak dibidang agribisnis pertanian dan petani
disekitar Pemukiman Saree.
|
Pembuatan pupuk bokhasi
|
·
Bahan yang digunakan untuk pembuatan bokhasi
antara lain: kotoran ayam, sekam, dedak, IM4 dan gula.
·
Untuk pembuatan 1000 kg, bahan yang digunakan adalah
kotoran ayam 500 kg, dedak 20 goni, sekam 20 goni, gula aren 1kg dan EM-4 1
botol.
·
Ciri-ciri IM4 itu masih bagus yaitu masih
berbau madu.
·
Ciri-ciri kompos sudah matang dan siap untuk
dipakai adalah: berbau kompos, belatung sudah tidak ada lagi, tidak panas sehingga
tidak terjadi lagi dekomposisi.
|
Teknik pembibitan cabai dalam bumbungan daun pisang
|
·
Bumbungan pelepah daun pisang merupakan salah media
pembibitan tanaman cabai yang digunakan di BPPHT.
·
Ukuran bumbungan pisang tersebut (tinggi 6 cm
dan luas 3 jari atau sekitar 5-6 cm).
·
Kepadatan tanah dari dasar sekitar 2 ruas daun
pisang.
·
Sebelum ditanam benih cabai tersebut direndam
didalam air panas terlebih dahulu selama 8 jam. Kemudian dipindahkan ke kain
dan diletakkan dibawah cahaya lampu 60 watt atau masukkan ke dalam tanah pada
kedalaman 20 cm selama 2-3 hari, untuk merangsang perkecambahan benih.
Setelah benih berkecambah baru dipindahkan ke dalam bumbungan pisang atau
polybag.
·
Benih yang digunakan yaitu varietas TM99
Chiminis dengan harga Rp.125.000/bungkus.
·
Perkecambahan bibit cabai dengan menggunakan
bumbungan daun pisang lebih baik dari pada bibit cabai yang menggunakan
polybag biasa (sintetis).
|
Persilangan Jagung
|
·
Persilangan antara varietas jagung Aceh dengan
jagung pipil (rahasia pemulia).
·
Pemotongan bunga jantan pada tanaman bakal
induk betina sesaat keluar bunga
sebelum bunga jantan masak agar tidak terjadi kemungkinan penyerbukan
sendiri.
·
Jarak tanam yang digunakan adalah 40 x 70 cm
·
Batang jagung setelah panen digunakan untuk
pakan ternak dan dibuat kompos.
·
Penyakit yang harus dihindari yaitu penyakit
hawar daun dan penyakit bulai.
·
Pada waktu muda tanaman jagung biasanya
diserang hama flutella dan serangan hama babi dan tikus pada waktu tua.
|
Budi daya semangka tanpa biji
|
·
Teknik penanaman sistem mata lima 5, ditengah
1 semangka berbiji dan 4 semangka tidak berbiji berada di kelilingnya.
·
Budidayanya menggunakan MPHP (Mulsa Plastik
Hitam Merah) yang 20 kg seharga Rp. 300.000.
·
Pengendalian hama dengan menyemprotkan
insektisida nabati daun zodiak dan ekstrak daun sirsak.
·
Hama utamanya bekicot. Hama ini menyerang pada
saat magrib dan malam.
·
Teknik pengendaliannya secara mekanis, yaitu
dengan mengambil langsung hama tersebut.
·
Pemupukan dengan menggunakan pupuk kompos
dengan dosis 2-4 ton ha.
|
Perbanyakan tanaman manggis
|
·
Perbanyakan vegetative dan generative tanaman
manggis sama.
·
Varietas yang digunakan yaitu varietas
Kaligasing.
·
Tanaman manggis termasuk tanaman manja, harus
terlindung dan dalam satu tahun hanyadapat mengeluarkan 2 daun.
·
Intensitas cahaya yang diperlukan sekitar 60%.
|
Budidaya tanaman papaya
|
·
Budidaya tanaman dilakukan dengan monokultur
·
Papaya dikembangkan dengan sistem pengolahan
tanah sempurna.
·
Tanpa menggunakan pupuk kimia.
·
Tanaman pepaya dikembangkan pada lahan bekas
tanaman kedelai.
|
Budidaya rambutan
|
·
Rambutan merupakan tanaman okulasi.
·
Dan kurang bagus kalau dilakukan penyambungan,
karena batangnya terlalu keras.
·
Ikatan okulasi tersebut dibuka pada hari ke-25
setelah perlakuan.
·
Batang okulasi tersebut tidak boleh basah, karena
jika mengenai cambium tanaman, maka proses penyatuan batang akan gagal.
·
Untuk batang bawah dianjurkan menggunakan
batang pohon yang asam, karena tahan terhadap serangan hama.
|
Budidaya tanaman pisang
|
·
Tanaman pisang dilakukan dengan sistem polykultur,
yaitu dengan system tumpang sari dengan cabai kecil dan tetonia.
·
Luas lahan budidaya 5 ha.
·
Tanaman pisang bibitnya dihasilkan dari bonggol.
·
Dengan system tanpa pengolahan tanah.
·
Jarak tanamnya 3 x 3
·
Pemupukan hanya dilakukan pada saat awal tanam.
·
Bibit pisang diperoleh dari kebun sendiri dan
sebagian lain didatangkan dari luar.
·
Harga bibit Rp. 1000/bonggol.
·
Budidaya pisang ini dengan menggunakan tenaga
orang lain, untuk laki-laki Rp.50.000/hari sedangkan perempuan
Rp.30.000/hari.
·
Upah pembuatan lobang tanam Rp.1000/lobang.
·
Upah tanam Rp.500/tanaman.
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Rambutan adalah tanaman tropis yang tergolong ke dalam suku
lerak-lerakan atau Sapindaceae,
berasal dari daerah kepulauan di Asia
Tenggara. Kata rambutan berasal
dari bentuk buahnya yang mempunyai kulit menyerupai rambut. Tanaman rambutan termasuk dalam golongan tanaman tahunan, memiliki
klasifikasi botani sebagai berikut (Kloppenburg, 1983),
Kingdom :
Planthae
Divisio :
Spermatophyta
Sub Divisio :
Angiospermae
Kelas :
Dicotiledoneae
Ordo :
Sepindales
Famili :
Sapindaceae
Genus :
Nephelium
Spesies :
Nephelium lappaceum L.
Rambutan tumbuh dan berbuah baik
di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl dengan tipe iklim basah. Curah
hujan 1.500-3.000 mm per tahun. Tanah yang gembur dan subur lebih disenangi.
Tanaman ini relatif tahan pada lahan gambut yang masam dan tanah latosol
cokelat dengan pH tanah 4-6,5. Suhu udara 22-35° C. Tipe tanah latosol kuning
sangat disenangi. Hembusan angin yang kering, biasanya di pantai, dapat
menyebabkan tepi-tepi daun berwarna kecokelatan seperti terbakar. Namun, untuk
merangsang pembungaan diperlukan musim kemarau (kering) antara 3-4 bulan. Hujan
yang jatuh pada saat tanaman sedang berbunga menyebabkan banyak bunga berguguran
dan mendorong timbulnya serangan penyakit mildu tepung (Oidium sp.). Bila
kemarau berkepanjangan, buah menjadi kurang berisi (kerempeng) dan bijinya
tidak berkembang (kempis, rudimenter).
Tanaman rambutan diperbanyak
dengan cara okulasi. Perbanyakan dengan susuan dan cangkok jarang dilakukan
karena kurang efisien. Sebagai batang bawah digunakan bibit semai dari varietas
sinyonya (tidak ngelotok). Umur batang bawah yang dapat diokulasi sekitar 6-8
bulan. Untuk mata tempel, diambil dari cabang tanaman rambutan varietas unggul
yang daunnya mulai menua, tetapi belum tua benar. Biasanya pada cabang tersebut
mata tempelnya masih tidur. Untuk mempercepat mata tempel mulai bangun (matanya
menonjol), dilakukan perompesan daun dari cabang entres yang akan digunakan
sebagai sumber mata tempel antara 2-3 minggu sebelum cabang dipotong. Biji
rambutan adalah monoembrional sehingga semai generatif dari varietas sinyonya
yang digunakan untuk batang bawah pengaruhnya bervariasi terhadap batang atas.
Sifat tanaman rambutan adalah heterozigot dan menyerbuk silang.
Budidaya tanaman: Setelah lahan
diolah, dibuat lubang tanaman ukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm. Pupuk kandang yang
digunakan adalah 40 kg/lubang tanam. Jarak tanam 10 m x 12 m atau 12 m x 12 m,
tergantung pada kondisi lahan. Pada lahan miring, jarak tanam lebih rapat. Pada
lahan gambut atau lahan masam dengan pH kurang dari 5, perlu ditambahkan kapur
mati atau abu dapur. Bibit ditanam di lahan setelah tingginya lebih dari 75 cm,
yakni berumur lebih dari delapan bulan. Pupuk buatan berupa campuran urea, TSP
atau SP-36, dan KCI, dengan perbandingan 2 : 2: 1 diberikan sebanyak 50-250
gram per tanaman. Pupuk diberikan tiga kali dengan selang empat bulan sekali.
Sesudah tanaman berumur lebih dari sepuluh tahun, dapat diberi pupuk NPK hingga
500-1.000 g per pohon.
4.2 Pembahasan
Okulasi
sering juga disebut dengan menempel. Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi
mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan stek dan cangkok. Kelebihannya
adalah hasil okulasi mempunyai mutu lebih baik dari pada induknya. Bisa
dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakaran
yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan
tanaman yang mempunyai rasa buah yang manis, tetapi mempunyai perakaran kurang
baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang bawah.
Sedangkan tanaman yang mempunyai buah manis diambil mata tunasnya untuk
ditempelkan pada batang bawah dikenal dengan sebutan batang atas.
Kelebihan
Okulasi
Keuntungan-keuntungan
pembiakan vegetatif antara lain adalah bahan-bahan heterozigot dapat
dilestarikan tanpa pengubahan pembiakan vegetatif lebih baik dibandingkan
pembiakan secara generatif. Karena pada pembiakan vegetatif satu tumbuhan induk
dapat menghasilkan beberapa individu baru dalam waktu yang cukup singkat,
banyak tanaman yang dikembangkan secara vegetatif dapat melestarikan sifat
hasil yang dimiliki oleh tanaman induk.
Keuntungan dari memperbanyak dengan cara
okulasi ialah kita dapat membuat bibit dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu
yang relatif singkat.
Kelemahan Okulasi
Kekurangan
dan kerugian dari pembiakan vegetatif adalah biasanya tanaman yang berfungsi
sebagai tanaman induk mudah rusak. Jumlah biji yang diperoleh terbatas,
perakaran tanaman hasil pembiakan vegetatif kurang kuat, dan umur tanaman lebih
pendek.
Tahap - Tahap Okulasi
a.
Persiapan Batang Bawah
Supaya okulasi berhasil dengan baik dicari
tanaman yang kulitnya mudah dikupas dari kayunya, yaitu tanaman yang masih
aktif dalam pertumbuhannya sel-sel kambium aktif dalam pembelahan diri dan akan
segera membentuk jaringan baru bila kulit diambil dari kayunya
Bentuk irisan batang bawah bergantung pada cara
okulasi yang kita pilih. Misalnya kita melakukan irisan dengan benntuk huruf T.
Irisan ini kita buat pada bagian kulit yang halus. Kurang lebih pada batang 20
cm di ats permukaan tanah. Dalam membuat irisan ini kita harus hati-hati,
irisan tidak boleh terlalu dalam. Kedalaman yang baik adalah setebal kulit
batang. Jika irisan terlalu dalam dan melukai bagian kayunya dapat mengakibatkan
kegagalan okulasi.
b.
Pengambilan Mata Tunas
Untuk mata tunas harus diambil dari ranting
pohon yang sudah terpilih dan memenuhi beberapa persyaratan. Ranting yang
diambil tidak menunjukkan gejala-gejala menguning dan mutasi. Mengambil ranting
itu jangan diwaktu siang hari, sebab keadaan ranting waktu itu kurang baik.
Pengambilan mata tunas dapat dilakukan dengan 3
cara, dengan demikian dapat diperoleh mata tempel yang sesuai dengan cara yang
digunakan. Etiga macam bentuk pengambilan mata tunas yaitu segi empat, sayatan,
dan bulat. Bentuk segi empat diperoleh dengan mengiris secara horizontal 1,5 cm
di atas dan di bawah mata, kemudian unung-ujung irisan kita hubungkan sehingga
membentuk segi empat.
c.
Penyisipan Mata Tunas
Langkah ini harus kita lakukan secara
hati-hati. Pokok keberhasilan dari okulasi adalah pada saat menyisipkan mata
tunas. Mata tunas yang kita peroleh kita sisipkan di bawah kulit batang pokok
yang telah diiris. Atau bila menggunakan pisau haji ali bulatan mata tunas ini
kita tempelkan tepat pada irisan bulat yang telah kita buat sebelumnya. Dalam
penyisipan atau penempelan mata tunas jangan sampai ada kotoran yang menempel
pada kambium, karena dapat mengganggu menyatunya penempelan.
Ranting mata tempel yang berbentuk bulat
mempunyai mutu yang lebih baik yang dibandingkan dengan yang bentuknya segitiga
dan relatif masih pipih. Untuk mencegah berkembangnya cendawan, perlu dilakukan
beberapa perlakuan, yakni: setelah ranting mata tempel diambil dari pohon
induk, untuk menghindari penguapan yang berlebihan, daun pada ranting mata
tempel perlu dibuang. Selanjutnya, ranting mata tempel perlu dibuang.
Selanjutnya ranting mata tempel dicuci dengan air, kemudian direndam dengan
klorox 10% selama 1 menit. Selanjutnya dikeringanginkan dan direndam dalam
benomil 1% atau benlate selama 1 menit, kemudian dikeringanginkan lagi (jangan
lebih 15 menit).
d.
Pengikatan Tempelan
Adapun pada bibit okulasi, potongan batang
bagian bawah merupakan batang hasil persemaian biji. Sementara batang bagian
atas berasal dari ’mata tempel’ pohon induk yang tumbuh menyamping. Pada tempat
’mata tempel’, kulitnya masih menampakkan bekas tempelan yang nyata.
Dalam kondisi tertentu, bila memperoleh ranting
mata tempel yang pangkalnya berbentuk bulat tetapi bagian atas/pucuk masih
berbentuk segi tiga, maka mata tempel yang terletak pada bagian bawah dapat
ditempel dengan okulasi biasa. Sedangkan untuk bagian tengah dan ujungnya dapat
digunakan okulasi irisan dan okulasi.
Untuk mengikat tempelan kita bisa menggunakan
pita plastik polivinil klorida. Ukuran dari pita plastik yang digunakan umumnya
panjang 20 cm, lebar 1,5 cm, dan tebalnya 1 mm. Cara mengikat tempelan dari
bawah ke atas atau sering disebut dengan sistem genting. Yang perlu diperhatikan
dalam pengikatan ini adalah bagian mata tempel jangan diikat terlalu keras
sehingga dapat mengakibatkan kerusakan pada mata tempelan. Mata ini bisa saja
tidak diikat, tetapi bahayanya bila kena hujan akan membusuk.
e.
Pembukaan Sayatan
Setelah kurang lebih dua minggu dari waktu
pengikatan, kini tiba saatnya melakukan pemeriksaan berhasil tidaknya
pengokulasian. Ikatan kita buka, lalu mata tempelannya dilihat. Apabila warna
mata tempelan itu telah menjadi hijau kemerahan atau hitam, ini berarti pengokulasian
kita tidak berhasil atau mata tempelannya tidak berhasil. Tetapi jika mata
tempelan masih kelihatan hijau segar dan sudah melekat dengan batang pokok, ini
pertanda bahwa okulasi kita berhasil.
Semua pekerjaan tersebut diatas harus dilakukan
dalam waktu yang secepat-cepatnya. Sebab jika tidak mata tempel dan batang
bawah yang sudah dikelupas kulitnya akan menjadi kering dan tempelan itu akan
gagal pula/tidak jadi.
f.
Pemotongan Batang Pokok
Bila telah ada kepastian bahwa mata tempelan
sudah hidup, selanjutnya adalah memotong batang pokok. Pemotongan batang pokok
ada tiga cara, kita tinggal memilih dari ketiga cara tersebut.
1)
Batang pokok langsung
dipotong 1 cm diatas mata tempelan, dengan bentuk potongan miring ke belakang
sehingga air hujan atau air siraman dapat jatuh ke bawah dan tidak akan mangkal
pada tempelan mata.
2)
Batang pokok dipotong
10 cm diatas mata tempelan. Dengan tujuan agar apabila tunas telah tumbuh
tinggi dapat dipergunakan untuk mengikat batang agar dapat tumbuh tegak lurus.
Apabila tunas telah tumbuh sampai 30 cm, maka batang pokok ini akan kita potong
dangan ketinggian 1 cm diatas mata tempelan.
3)
Pada pemotongan ketiga
tidak dilakukan sekaligus. Kedalaman pemotongan cukup setengah dari diameter
batang pokok, kemudian batang pokok direbahkan.
Perlakuan dan pemeliharaan selanjutnya setelah
ditempel adalah sebagai berikut
a)
Setelah tempelan itu
jadi, batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempat penempelan disayat ± 2/3
bagian, kemudian dipatahkan sehingga terkulai (menggantung). Dengan cara
demikian tunas akan cepat tumbuh dari mata tempel dan enam bulan setelah
ditempel sudah dapat dipindahkan ke dalam keranjang atau 9 bulan sesudah
ditempel sudah dapat menjadi bibit berupa stump.
b)
Tunas-tunas yang
tumbuh dibawah tempelan pada batang bawah dibuang,
sehingga tunas dari mata tempel dapat dengan
leluasa tumbuh.
c)
Tunas dari mata tempel
dibiarkan tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang sampai setinggi ± 60 cm.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan selama mengikuti Studi
Lapang dan analisa-analisa dari penulis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1.
Secara
genetik, pembiakan vegetative mempunyai keseragaman karena berasal dari dari
satu individu yang dibiakkan dengan cara okulasi.
2.
Keseragaman
tersebut dapat terjadi karena pembelahan sel pada bagian-bagian vegetative yang
disebut pembelahan secara mitosis. Pada pembelahan ini, terjadi replikasi dari
kromosom yang berarti pula replikasi DNA yang dimiliki.
3.
Okulasi
dapat mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta menghasilkan
tanaman yang sama dengan induknya, misalnya seperti buahnya manis, daging buah
tebal dan batang pendek sehingga mudah pada saat panen.
4.
Keuntungan dari
memperbanyak dengan cara okulasi ialah kita dapat membuat bibit dalam jumlah
yang banyak dan dalam waktu yang relatif singkat.
5.
Kekurangan dan
kerugian dari pembiakan vegetatif adalah biasanya tanaman yang berfungsi
sebagai tanaman induk mudah rusak.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang penulis uraikan
dibawah ini berdasarkan pengamatan dan untuk tercapainya tujuan yang
diinginkan.
1. Hendaknya
persiapan kegiatan Studi Lapang lebih teroganisir, agar kegiatan ini lebih
terarah.
2. Hendaknya
pelaksanaan kegiatan Studi lapang jangan cuma sehari, karena terlalu singkat
waktu bagi mahasiswa untuk mendapatkan informasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.mlusmays.multiply.com 2010.
Perbanyakan Vegetative. Diakses tanggal 16 Juni 2010.
Kloppenburg, J.V. 1983. Tanaman-Tanaman Indonesia (Terj C.D. Bethesda).
Yayasan Dana Sejahtera.
Mahisworo, K. Susanto dan A. Anung. 1989. Bertanam Rambutan. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Redaksi Agromedia, 2007. Kunci Sukses
Memperbanyak Tanaman. Cet. I. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Lampiran Dokumentasi Kegiatan

Berpose bersama di depan Gedung Utama BPPHT Saree


Bibit tanaman rambutan


Teknik Okulasi Pada Tanaman Rambutan


Bibit rambutan setelah okulasi Tanaman Tetonia


Tanaman Strawberry Pupuk Bokhasi


Gambar. b Gambar. b
Teknik pembibitan
cabai: (gambar a) dalam bumbungan daun pisang dan (gambar b) dalam polibag
plastic.
.
0 Comments On "Laporan Studi Lapang"
Posting Komentar