Kompos sebagai material yang dikatagorikan kedalam jenis pupuk organik
terbuat dari penguraian ( dekomposisi) bahan-bahan organik atau alami,
berasal dari material mahluk hidup ( hewan, manusia dan tumbuhan).
Selain kompos, hasil fermentasi bahan alami tersebut, termasuk dalam
katagori pupuk organik antara lain pupuk kandang, kascing, gambut,
rumput laut dan guano. Jika berdasar pada bentuk, kompos dapat
disajikan dalam bentuk padat, granul, remah ( teh), serbuk dan cair.
Kompos dalam bentuk cair antara lain teh kompos (compost tea), ekstrak
tumbuh-tumbuhan, cairan fermentasi limbah cair peternakan, fermentasi
tumbuhan-tumbuhan, dan semua material hasil fermentasi dari bahan alami
lainnya.
Dalam pupuk kompos, walaupun
dalam konsentrasi rendah, terdapat senyawa-senyawa organik yang
bermanfaat bagi tanaman, seperti asam humik, asam fulvat, dan
senyawa-senyawa organik lain. Dalam bahan alami, tidak ada kompos yang
memiliki kandungan hara tinggi atau menyamai pupuk kimia. Karenanya
menghitung kebutuhan kompos ( pupuk organik) bagi keperluan tanaman
tertentu tidak akan sebanding dengan dosis pupuk kimia ( sintetik).
Jika menghitung kebutuhan pupuk organik berdasarkan kandungan hara (
nutrisi), hara pupuk organik disetarakan dengan kandungan hara dari
pupuk kimia, niscaya kebutuhan kompos (pupuk organik) akan jadi berlipat
dibandingkan dengan dosis pupuk kimia.
Kebutuhan
adanya patokan penggunaan dosis kompos oleh para praktisi pertanian,
terutama awam dalam ilmu pertanian dan tumbuhan, mengharuskan kita
memiliki patokan. Tanpa itu, banyak keraguan pengguna kompos ketika akan
mengaplikasikan pada tanaman yang sedang diusahakannya. Pada dasarnya,
pemanfaatan kompos bagi pertanian lebih didasarkan pada keinginan
memelihara kesuburan tanah yang dinyatakan oleh kandungan C Organik.
Semakin tinggi kandungannya, maka lahan kebun atau tanah itu disebut
memiliki kesuburan yang baik. Ketika kita ingin membuat target kesuburan
lahan naik, misalnya menaikan kandungan C Organik 2 % ( setelah diuji
sebelumnya kandungan C organik lahan ternyata rendah < 2 %).
Sebagai
ilustrasi, apabila hasil analisa laboratorium tanah diketahui kandungan
C organik tanah di suatu tempat= 2 % dan target dinaikan 1.26 %, maka
guna mencapai kondisi kandungan C organik tanah dalam lapisan olah (20
cm) seluas 1 ha menjadi 3,26 % adalah
Target menaikan C organik = 1, 26 x 1,724 x 20 x 10.000 = 4.344 ton / ha,
Kebutuhan Kompos (C organik) = Target peningkatan kandungan C organik Tanah x 1.724 x 20 cm x 10.000 m2
C organik tanah = dapat diuji kemudian berdasarkan hasil analisa tanah di laboratorium
1.724= konstanta
20 cm= kedalaman lapisan olah tanah
10.000 m2= luas areal
1.724= konstanta
20 cm= kedalaman lapisan olah tanah
10.000 m2= luas areal
Berdasar
pada pemahaman bahwa kompos memiliki sedikit hara namun mengandung
senyawa-senyawa organik lain, seperti asam humik dan asam fulvat, maka
mengukur nilai dan kemanfaatan kompos tidak bisa disamakan dengan
analisa harga pupuk kimia ( sintetis). Nilai kedua asam yang memiliki
peranan seperti hormon yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman, tidak
bisa dimiliki oleh pupuk kimia. Bahkan, kompos juga diketahui dapat
meningkatkan nilai KTK (kapasitas tukar kation) tanah. Tanaman akan
lebih mudah menyerap unsur hara, tanah yang diberi kompos menjadi lebih
gembur dan aerasi lebih baik. Tanah yang diberi kompos lebih banyak
menyimpan air dan tidak mudah kering, aktivitas mikrobial dalam tanah
dengan diberi kompos akan lebih tinggi. Mikrobial ini memiliki peranan
dalam penyerapan unsur hara oleh tanaman, bahkan beberapa diantaranya
mampu mengikat unsur hara dari lingkungan mikro tanaman. Kompos dapat memperbaiki sekaligus sifat kimia, fisik dan sifat biologi tanah.
sumber :http://www.kompos.biz/2010/11/cara-menghitung-kebutuhan-kompos.html
0 Comments On "Cara Menghitung Kebutuhan Kompos"
Posting Komentar